Monday, April 15, 2013

Di Lipatan Waktu, Aku Menunggumu Lagi

"Kutipan ini saya buat ketika pertama kali menemukan inspirasi untuk menulis. Berkat novel karya Moammar Emka, aku mendapatkan kata-kata yang 'amazing' dan membuatku semakin tertarik di dunia sastra"- Thata Utami

Karena hanya di hatimu aku ingin berhenti mencintai. Pada segalamu, cinta tak kutakar lagi. Telah kubaca tanda dari segala gerak hatimu. Kuberkaca tak jera; agar menjadi kita, suatu ketika. Aku mencintaimu di luar pemahaman, selesai! Dan aku cukup bahagia!

Aku mencintaimu bukan dalam terang siang. Aku mencintaimu dalam kegelapan, dengan hati sebagai mataku. Setidaknya kita bisa bersama dalam cinta meskipun kepastian masih belum teraba. Entah sebagai awal atau akhir, aku tetap menginginkanmu sebagai tokoh utama dari setiap inci cerita bahagia dan sedihku.

Ini yang tertulis di hatiku. Aku mencintaimu. Titik. Tanpa koma.

Pilihan tetaplah pilihan. Jalani dengan semestinya, tanpa rekayasa. Demimu aku mampu, menjadikanmu yang terindah meski penyatuan belum terjamah.

Di rumah kecilku ini, tak ada rahasia yang kita simpan layaknya di luar sana. Mendakwa ingatanku selalu terngiang, setiap kali kulihat jejakmu yang tertinggal di ruang tamu. Bukan soal kata ganti orang pertama atau kedua, yang kucari adalah subyek dengan abjad cinta yang berfungsi sebagai kata kerja. Semoga aku bukan termasuk orang yang serakah jika selalu berharap kau di dekat hatiku, kapanpun itu, yang seharusnya bukan milikku.

Ada dan tiada bagimu, kamu tetap ada bagiku. Maka untuk apa ingkar jika penantianku masih bertekuk pada lipatan sunyi yang mencatut namamu satu-satunya?

Bersamamu, kupuji hari karena setiap cerita begitu berarti. Tak peduli apakah ini cinta atau bukan. Aku hanya ingin menikmati luka bahagia ini, merangkumnya dalam keindahan inci demi inci. Berulang kali kubunuh rasa ini, aku tak bisa kemana-mana ternyata! Maka percayakan saja pada sang waktu. Kita tetaplah satu, karena cinta selalu ada.

Menjemput impian. Keniscayaan untuk bersamamu adalah harapan dan pencapaian terbesar. Aku percaya, mencintaimu adalah pilihan dari setiap hidup yang kuyakini. Meski barisan waktu menjepitku dalam penantian tak bertepi. Bersamamu yang kumau. Mengisap senyum juga rasamu. Bersatu kita, tanpa wagu, semoga saja.

Aku memang picisan. Tapi peduli apa karena kamulah satu-satunya alasan yang butuh kukatakan. Untuk apa jauh-jauh lagi mencari, sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup; bahagia bersamamu. Kita bertemu tanpa rekayasa, lalu berdiri di garis yang sama dengan bekal rindu dan cinta. Semoga, demikian…

Semata damba, sejuta do’a. Kepadamu kuiba dalam kepasrahan satu.

Di ruang tanpa kata, kesetiaan itu tetap terjaga. Menunggu datangnya masa saat perjamuan mencetak nyata. Sebaris sapamu, kupercaya bisa cairkan senyumku. DELAYED! Di lipatan waktu, aku menunggumu lagi.

Hanya untuk sang Angin, senantiasa berhembus untuk cinta. Yang entah akan nyata ataupun tiada.

No comments:

Post a Comment