Monday, April 15, 2013

Aku Yang Sebatas Temanmu

"30 April 2011, dimana semua layaknya abnormal."- Thata Utami


Kutulis kutipan ini, tanggal 30 April 2011. Tepat 3 tahun hubungan cintamu berjalan. Begitu menyenangkannya kisah itu, hingga akupun yang bukan siapa-siapa bagimu bisa ikut merasakan betapa bangga dan bahagianya kamu, juga kekasihmu, berhasil mempertahankan ikatan cinta selama 3 tahun yang tidak semua orang bisa melakukannya. Pasti banyak ya hambatan dan cobaan yang kamu alami selama 3 tahun bersama kekasihmu itu. Kalian pasangan yang hebat, teman. Dalam suasana apapun kalian tetap berusaha untuk selalu bersama, mungkin. Sebagian besar orang memandang iya. Kamu dan kekasihmu adalah pasangan yang serasi. Siapa yang tidak tau tentang hubunganmu? Di kampus pun kisah cinta kalian banyak di perbincangkan karena kesetiaan juga tanggung jawabmu sebagai kekasih yang baik baginya. Siapa cewek yang nggak mau punya pacar kayak kamu. Jujur, pinter, baik hati, ramah, tanggung jawab, supel, atletis, keren, manis. Bisa mendapatkan cewek sehebat dia, yang cantik, pinter, baik hati meskipun nggak ramah kalo sama aku, jago olahraga kayak kamu. Kamu pasti bangga ya punya pacar kayak dia? Dia pasti juga sangat sangat bangga punya pacar kayak kamu. Aku juga ingin seperti itu.

Kita kenal sejak semester 1, yang selalu satu kelas dan satu jurusan denganku. Aku sudah benar-benar hafal gerak-gerikmu yang aku amati sejak awal semester. Kamu teman yang baik, pacar yang setia dan tanggung jawab, kamu punya segalanya. Tapi maaf, aku bisa saja membuatmu tak setia. Maaf, maaf dan maaf. Semua terjadi begitu saja. Cinta memang tak bisa ditebak. Kapan akan datang dan kepada siapa cinta berpihak. Itu terjadi pada kita. Aku dan kamu. Aku muncul di tengah-tengah hubunganmu dengan dia. Kejamnya aku. Jahatnya aku. Salahkah aku?

Kamu selalu memberikan perhatian yang aku anggap lebih, kamu yang selalu menemaniku saat aku kesepian, kamu yang selalu memotivasiku saat menjelang Ujian Tengah Semester, kamu yang selalu menyempatkan diri untuk mengirim beberapa pesan singkatmu atau meninggalkan beberapa missed call, kamu yang selalu marah saat aku tidak menuruti perintahmu untuk makan siang, kamu yang selalu menemaniku begadang hingga lewat tengah malam melalui perbincangan kita di sms, kamu yang betah browsing youtube berjam-jam dirumahku dan aku masih setia saja menemanimu selama berjam-jam membosankan itu, kamu yang selalu mengingatkan aku untuk menghapus semua history percakapan kita agar tak diketahui orang lain, kamu yang menjadi kebanggaanku juga kebanggaan mamaku, kamu yang super sempurna untukku! Tak sadarkah kau betapa berharganya di mataku? Tapi kamu hanya menganggapku sebagai seorang teman! Teman! Apa kau tak pernah sedikitpun mengerti maksud dari sikap-sikapku padamu? Apa kau tak pernah mengerti betapa besar harapanku untuk bisa bersamamu dan mendapatkan cintamu?! Kapan kamu akan sadar, teman? Kapan? Begitu tersiksanya aku memendam ribuan harapan yang setiap saat ingin kuungkapkan. Menahan egoku yang terlalu besar untuk bisa memilikimu seutuhnya. Merahasiakan tentang hubungan kita yang tak pernah diketahui oleh orang lain. Namun menjadi lebih dekat denganmu, cukup membuatku merasakan secuil kebahagiaan.

Dan hari ini, teman. 3 tahun sudah hubunganmu berjalan. Kau mempersiapkan semuanya dengan baik. Menyiapkan kejutan kecil untuk kekasih tercintamu. Saat itu, 12 April 2011, kita sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Kau meminta saran padaku saat ingin membelikan kekasihmu kue tart sebagai kejutan kecil untuknya. Aku bisa melihat begitu bahagianya kamu. Dari pandangan dan sinar matamu yang berbinar-binar, menunjukkan kebahagiaan luar biasa menyambut 3 tahun spesialmu. Aku ingin seperti itu. Aku ingin bisa jadi kekasihmu. Aku ingin bisa membelikanmu kue tart bertuliskan ‘Happy Anniversary’ dan memelukmu dengan luapan kasih sayang. Aku ingin seperti itu dan hanya denganmu. Aku tidak ingin dengan yang lain. Aku hanya ingin denganmu, teman.

Semalam, kita sempat begadang hingga tengah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.35 dan kita belum juga beranjak tidur. Kau bercerita padaku bahwa ingin memberi ucapan pada kekasihmu yang hanya bisa kutanggapi, “Oalah ultah?”. Katamu bukan, tapi anniversarymu. Cemburu? Aku tidak pantas cemburu padamu, teman. Dan semalam percakapan kita benar-benar membosankan. Aku yang sudah mulai badmood karena meradang tak karuan hanya bisa menanggapi pesanmu dengan singkat. Akhirnya tepat pukul 00.00 pesanku tak kau balas. Mungkin sudah sibuk mengucapkan selamat dan berbasa-basi sayang-sayang dengan kekasihmu. Karena jengkelku, akhirnya kuputuskan untuk tidak membalas pesanmu malam itu dan menangis di kamar.

Ini bukan lebay. Ini bukan alay seperti yang orang katakan. Menangis adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaan yang mengganjal, daripada galau kan lebih baik menangis sepuasnya di kamar. Dan hanya dengan kutipanku ini kucurahkan segala isi hatiku. Segala unek-unekku hanya bisa kutumpahkan di potongan kata-kata yang kuuntai menjadi rangkaian kalimat.
Happy anniversary, teman. Semoga di tahun ketiga ini menjadi berkah yang tak terhingga untuk kalian. Longlast, makin langgeng sampe kakek nenek nanti, makin mesra, makin kuat jalinan cintanya, all best wishes for you.

Semoga bahagia dengan kekasihmu ya, teman terbaikku. Maaf jika aku menjadi orang ketiga di antara hubungan kalian. Dan aku cukup bahagia meski tak bisa memilikimu seutuhnya, namun terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang selalu kau curahkan untukku. Terima kasih juga untuk kamu, kekasih temanku. Memberiku kesempatan untuk bisa dekat dengan kekasihmu meskipun kau tak pernah tau. Bisa memiliki kekasihmu walau tak sepenuhnya layaknya kamu yang bisa memilikinya. Namun, bolehkah aku dan kekasihmu lebih dari sekedar teman?

No comments:

Post a Comment