Friday, May 16, 2014

Selamat Tanggal 24



Mungkin kita hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk duduk berdua dan membicarakan hal-hal favorit kita.

Seiring waktu berlalu, sejauh jarak yang memisahkan kita, rasa rindu itu semakin memuncak, namun waktu tak juga bertemu titik lelahnya. Dia masih kukuh menjadi penghalang sela-sela kesempatan bertemu kita. Waktu jahat ya? Apatis.

Selama ini, duduk menyendiri dan membayangkan kau ada didepan mataku adalah makanan sehari-hariku. Menunggu, sama dengan mati suri. Dalam beberapa saat kita dipisahkan, disaat itulah aku mati. Dan beberapa saat kita dipertemukan, disaat itulah aku hidup kembali. Rasanya hidup belum abadi jika bayangmu saja sulit kuterka. Rindu mas, aku rindu.

Mungkin salahku yang terlalu egois. Terlalu egois untuk memaksakan kau selalu ada disisiku. Tidak, bukan aku yang egois, tapi hatiku. Rasanya semua terlalu sulit untuk dipisahkan.

Rasanya belum lama kita sering duduk berdua disini, menceritakan pengalaman masing-masing, berbagi tawa, duka, berbagi coklat dan permen dalam saku, semua itu terjadi baru 7 bulan lalu. Baru sesingkat itu saja aku sudah sangat merindukan sosokmu mas.

Dulu aku sering protes, karena banyak hal yang terlalu kuperjuangkan, sedangkan kau tidak. Tapi aku salah besar! Aku salah karena terlalu menyombongkan pengorbananku, padahal dibalik sosokmu ada sejuta pengorbanan untukku. Ya, untukku. Menempuh jarak dan waktu yang tak terhitung untuk sekedar bertemu dan berbincang sekadarnya. Rela menempuh hujan badai di bulan lalu demiku, namun aku malah ngambek dan mogok ketemuan. Betapa jahatnya aku padamu, mas.

Maaf jika aku terlalu apatis. Maaf jika keegoisanku melebihi rasa cintaku.

Tapi, aku sayang kamu mas, aku rindu. Cepat pulang ya, bawa cita-cita yang kau kejar untukku, bawa pembuktian janji-janji ingin hidup denganku itu.
Selamat tanggal 24.