Wednesday, September 11, 2013

Palsu

Layaknya seonggok kayu yang "ada" tapi "tidak ada". Semu. Terapung-apung di tengah bangunan-bangunan runtuh diterpa ombak. Karang yang mulanya kokoh pun bisa pecah, bangunan kayu jati termahal pun bisa runtuh dan rata dengan tanah. Terkadang manusia bisa tegar menghadapi berbagai macam cobaan, terkadang manusia juga bisa terpuruk jatuh meratapi haru pilunya cobaan yang di berikan Tuhan. Namun sekuat apapun manusia, suatu saat nanti akan jatuh dan hanya bisa memohon kepada yang Kuasa. Meminta Kuasa-Nya untuk memudahkan segala cobaan yang dihadapi. Apa yang bisa dilakukan manusia? Hanya Tuhan satu-satunya jalan pulang. 

Di dunia ini, apa yang pasti? Pasti hidup? Tidak, manusia suatu saat juga akan mati. Pasti hidup bahagia? Tidak, roda kehidupan terus berjalan dan tidak selamanya manusia akan bahagia. Pasti sukses? Tidak, selama kita tidak berusaha maka sukses itu tidak akan datang. Pasti beriman kepada Tuhan? Tidak, hanya mereka yang benar-benar mendapat hidayah dan ridho-Nya. Zaman terus bergulir. Generasi pendatang mulai bermacam-macam jenis dan kepribadiannya. Sadar, di dunia tak ada yang pasti. Semua palsu, dunia palsu. Satu-satunya yang pasti hanyalah Tuhan, Tuhan dan Tuhan. Aku bingung dengan problematika kehidupan. Kenapa mereka selalu memberikan jalan kehidupan unik dan membingungkan? Problema, problema, problema dimana-dimana. Apakah di setiap menghadapi problema kita hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan? Tak ada usaha bangkit? Tak ada usaha berubah? Hanya manusia tak berjiwa yang melakukan hal seperti itu.

Layaknya rumput ilalang yang tetap hidup di pinggir jalan. Tetap hidup walau susah, walau kering, walau daunnya coklat kurus kerontang dengan ribuan partikel debu yang menempel, walau diinjak-injak kaki manusia-manusia ganas, walau dengan berjuta kekurangan, si rumput gersang ilalang pun tetap hidup walau tak sekokoh rumput di padang rumput dan hanya bergantung hidup pada suburnya tanah dan air hujan.

Harapan palsu, harapan palsu, harapan palsu.... 

Apa sih yang ada di pikiranku sekarang? Cinta? Cinta bodoh itu? Cinta yang penuh pembodohan itu? Yang awalnya indah tapi akhirnya semu? Semua palsu, di dunia ini tak ada yang pasti. Cinta juga tak ada yang pasti! Apakah pacar kesayanganmu itu suatu saat nanti pasti akan jadi jodohmu? Jawabannya adalah TIDAK! Belum tentu, apapun itu jodoh ada di tangan Tuhan. Apakah teman terbaikmu selamanya akan pasti menjadi tetap baik? Tidak, tidak. Mereka bisa saja menjadi penghianat, bisa saja menjadi pengadu domba.

Everything was change, seiring berjalannya waktu... 

Kehidupan, cinta, pertemanan, keluarga...semuanya bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kita tak bisa meraba apa yang akan terjadi 1 jam kedepan, 1 hari kedepan atau 1 tahun kedepan. Kita hanya bisa menjalani hidup apa adanya dan tetap Tuhan yang punya Kuasa. Tugas kita hanya berdoa, tawakal dan tawakal. Ya Tuhan, mudahkanlah setiap perjalanan hidupku apapun itu... 

Hanya Tuhan yang bebas dari kepalsuan. Hanya kuasa dan kasih sayang-Nya yang bebas dari kepalsuan. Tuhan itu pasti. Ridho Tuhan itu pasti. 

Apapun yang kulakukan hanya demi Tuhanku, entah apapun yang terjadi, entah seberapa besar cobaan hidup menerjang, dan seberapa palsu harapan cinta pembodohan itu. Tuhaaaan aku inginkan perlindungan dan ridhomu untuk menghindari kehidupan cinta yang bodoh ini! 


Jiwa-jiwa hilang yang nyaris tak kembali

Tuesday, September 3, 2013

Alive Again

Hai semuaa! Mungkin blogku jadi sepi gara-gara lama nggak blogging nih u,u maklum lagi sibuk-sibuknya sama tugas sekolah, adaptasi baru, pelajaran-pelajaran baru, dan segala blablabla khas anak baru gede, anak SMA. Jadi maaf kalo lama banget nggak blogging nih guys, udah sekitar 2 bulan lah vakum. Hehe but it's the beginning, insyaallah mau ngepost lagi nih. Udah nggak sabar:3 so..pantengin terus ya para pengunjung blog ku. Semoga masih banyak ide-ide baru tertuang di blog ini. Thank you so much :)

Monday, July 1, 2013

Story

Banyak yang ingin aku ceritakan padamu, wahai hembusan angin. Entah sudah berapa lama hembusan itu hilang dan tak kembali. Sembari menanti datang dan pergi, harapan yang kugenggam dan kunanti kini pupus dan tak ada realisasi. Sedih? Apakah itu perasaan biasa yang sering dirasakan semua orang saat jatuh terperosok dan merintih meratapi pedih? Kata apa yang mampu menjelaskan itu semua? Jika tidak, mungkin tanganku yang tak segan menamparmu melebihi ungkapan kata yang tak terucap. Biarkan mulut yang bicara, dan biarkan tangis yang menjadi saksinya. 

Saat angin itu datang... 

Tangis dan duka seakan tak ada. Karena kau selalu berucap bahwa kebahagiaan itu ada jika kita tetap bersama, bersama sebagai sahabat sejati, tak hanya terikat pada janji namun juga hati. Diam-diam perasaan itu datang, siapa yang tak merasa bahagia jika ada seseorang yang peduli terhadap diri kita apalagi sahabat kita sendiri? Kau mengubah segala persepsi buruk saat itu, tak pernah peduli apa kata mereka dibelakangmu, yang terpenting kita tetap bersama. 

"Nek enek opo-opo ngomongo aku, santai ae nek mbi aku B-)" 
"Haha iyo lo gampang"
"Haha tenan lo?"

Seakan percakapan kita tanpa sela. Entah sudah berapa ribu pesan di conversation dan hanya tertera nama kontakmu. Tak pernah bosan berulang kali kubuka, kubaca dan kuresapi makna dibalik pesan singkat itu. Seperti itulah caraku memahamimu dalam diam. Jika handphone bisa bicara, mungkin dia akan menceritakanmu banyak hal yang kulalui bersama handphone kesayanganku itu. Yang tak pernah lelah menyimpan ribuan smsmu yang tak pernah kuhapus. 

Pelarian? 

Tidak, aku bukan pelariannya. Aku sahabatnya, aku sahabat terbaiknya. Tidak mungkin dia tega menjadikanku sebagai pelariannya. Haha itu tidak mungkin terjadi kan iya kan?! Kita teman kan? Iya kita teman....entah sekarang.

Saat angin itu berhenti berhembus...

"Hey *sebut nama*"
"Opo?" 
"Smsku kok ra dibales?"
"Ra enek smsmu mlebu" atau "Ra enek sinyal nggonku" atau "Smsmu ra terkirim paling" atau "Sori aku maeng ra nyekel hape" atau "Apa mbak? *sebut nama* sudah tidur" 

Keesokan harinya saat kucoba membuka percakapan...

"Tak dudoi lagu apik"
"Opo?"
"Lagune ARTTM sing judule Like We Used To. Nate krungu?"
"Urung"
"Apik kui, laguku nggo kowe wi. Download gek rungokne"
"Halah"
"Haha apik"
"Yo kapan-kapan"
"Iyo *sebut nama*" 
...... no replies

Seperti inilah komunikasi kita sekarang. Padahal banyak yang ingin aku ceritakan. Tentang nilai matematikaku yang belum pernah kita bahas lebih lanjut, tentang rencana lanjutin ke jurusan apa, tentang musikku, tentang orang tuaku, tentang...semuanya! Namun setelah kutunggu, angin itu tak kunjung berhembus. Harapan palsu? Bukan, dia sahabatku. Dia teman baikku. Dia baik. Dan tak tau apa yang mengubahnya menjadi seperti ini. Meninggalkan janji serta realisasinya. Hmm sudahlah, cukup membuat nafasku berat. Semoga harimu menyenangkan, bro. Text me if you need to talk. Story, enough..

Does she watch your favorite movie?
Does she hold you when you cry? 
Does she let you tell her all your favorite parts
When you've seen it a million times.
Will she love you like I loved you? 
Will she tell you everyday? 
Will she make you feel like you're invicible 
With every words she'll say? 
A Rocket To The Moon - Like We Used To

Wednesday, June 26, 2013

Everyting About Us, LCB'10

Iseng nulis ini guys sebenernya hehe. Jadi pas insom kayak gini, ya bisanya cuma dengerin musik sambil nostalgia masa lalu. Yang kali ini berbeda, bukan karena galau, bukan karena PHP, dan bukan gara-gara cinta. Nostalgiaku kali ini adalah...tentang kita. Aku dan kalian, kawan-kawanku mantan kelas B di salah satu sekolah kebanggaan kita. Sengaja memori itu kuingat kembali, yang pasti memori tak terlupakan, sedih dan tawa, suka duka, semua tercurahkan didalam kisah kita yang mungkin tak genap 3th kulalui bersama kalian. Di malam yang lumayan dingin dan sangat sepi ini, muncullah ideku buat ngeposting kalian semua di blog kesayanganku. And this is, everything about us... 

Well, this is our photo. Ini mungkin nggak mencangkup semuanya ya. Karena ada beberapa teman kita yang nggak ikut foto bersama. Foto ini diambil pas pengumuman kelulusan sekaligus pesta selebrasi bagi siswa kelas IX yaitu acara pelepasan siswa. Bersama wali kelas tercinta kita, ibunda Sri Utami, kita berfoto bersama diatas panggung acara. Lucu ya seragamnya beda-beda, maklum karena ada masing-masing dari kita yang ikut serta memeriahkan acara dalam berbagai tampilan. Ya harap maklum kalo fotonya aneh dan nggak seragam :D. That's jangan lupa disimpan ya foto ini buat kenang-kenangan. Mmm..ada juga foto lain yang mencangkup semuanya ada, kelas B lengkap. Ini dia fotonya! 
Masih inget foto ini diambil kapan? Foto ini diambil pas hari Sabtu di jam pelajarannya pak Heri :D. Haha masih inget aja. Pas ini kebetulan semuanya lengkap dan nggak ada yang absen. Foto ini jangan lupa disimpen juga ya buat kenang-kenangan :D

Nggak kerasa banget udah langsung lulus aja. Rasanya baru kemarin ya kita masing-masing melangkahkan kaki untuk pertama kali masuk ke gerbang sekolah SMPN 1 Pacitan, bangunan yang masih asing bagi kita karena waktu itu kita hanya sebatas anak SD yang mau belajar jadi anak baru gede dan mencoba nasib untuk masuk dan mengikuti kegiatan PPDB setelah lulus dari Sekolah Dasar masing-masing. Malu, canggung udah pasti ya. Mungkin bagi yang punya temen satu SD dan sama-sama mendaftar di sekolah yang sama masih mending ada temennya. Kebetulan teman satu SDku, teman satu kelas kita juga hehe si Yusuf Farid Achmad alias Ucup, satu-satunya teman terdekatku. Siapa yang akhirnya menyangka kita bisa dipertemukan satu kelas, yaitu kelas B hingga sekarang? Yang awalnya dulu nggak kenal, jadi saling kenalan dan akhirnya akrab ngobrol satu sama lain. Yang awalnya cuma duduk diem dan malu-malu, akhirnya jadi mau ngobrol dan berbaur sama temen-temen yang lain meskipun masih terbilang 'baru kenal'. Di hari pertama saja kita sudah langsung akrab dan have fun sama kakak kelas yang bertugas MOS. Nggak kerasa banget itu semua udah terjadi kurang lebih 3th yang lalu. Dan aku masih ingat itu. 
Setelah lewat 1 tahun kita duduk di bangku kelas 7, aku harus pindah mengikuti orang tuaku di Bawean, dan hanya berlangsung 6 bulan perpisahan kita, aku kembali lagi bertemu kalian di sekolah dan kelas yang lama di Pacitan. Benar-benar menyenangkan akhirnya bisa bertemu lagi dan pindahku nggak lama-lama :D. Banyak kenangan juga yang terlukis dikelas 8 itu. Wali kelas galak, guru matematika yang suka nyita sepatu, guru fisika yang super super killer sampe bikin aku nangis gara-gara dimarahin jadi anak baru (sebenernya nggak anak baru sih, kan udah pernah sekolah disitu sebelumnya), guru geografi yang bikin senam jantung juga, huh macem-macem pokoknya! Segala kegilaan ada di kelas B, meskipun aku sempat ketinggalan  6 bulan masa kegilaan kita di tahun kedua. 
Dan...sebelum masuk tahun ketiga, kita melaksanakan study tour! Don't you miss that moments guys? Ada nih foto yang aku simpen pas kita berhenti makan di salah satu restoran jogja. Tapi nggak semuanya, cuma beberapa anak kelas B yang baru turun dari bis:B
Masih ingat kan? Pasti dong, itu liburan menyenangkan kita bareng-bareng :D 
Memasuki tahun ketiga...udah mulai fokus menjelang Ujian Nasional. Sejak tahun ketiga kita jadi sibuk les dan mengikuti bimbingan di tempat bimbel masing-masing. Karena sudah mulai disibukkan dengan berbagai try out, persiapan ujian praktek, ujian sekolah dan sejenisnya. Tapi nggak merubah kebersamaan kita meskipun kadang ada salah paham, nggak sepemikiran, untungnya semua masih bisa diatasi bareng-bareng. Nggak kerasa inilah tahun terakhir kita. Kita yang dulunya sempat berkata 'Try out e akeh banget yo? Ngasi ping 6 dewe!', akhirnya keenam try out itu terlewati sudah. Kita yang dulu pernah berkata 'Ujian praktek e sokmben koyo pie yo? Wah wedi aku nek raiso.', akhirnya terlewati juga. Kita juga pernah berkata 'Wah awakedewe gek ujian sekolah, nek aku raiso warahono yo. Kudu kompak!', lagi-lagi ujian sekolah itu udah main lewat aja. Hingga akhirnya...'UN 20 paket?! Lha edan cah aku wedi nek nilaiku elek yaallah.', terlewat sudah! Berbagai ujian telah berhasil kita lalui dan alhamdulillah..ucapan syukur yang luar biasa, kita semua LULUS 100% dengan nilai yang cukup memuaskan. Usaha kami tidak sia-sia. Rela berangkat pagi buta demi ikut pengayaan mata pelajaran UN, jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ke sekolah pun tak jadi hambatan semangat kita menjelang UN. Meskipun masih dengan mata sipit dan langkah kaki sempoyongan karena harus bangun pagi-pagi, tetap tak meruntuhkan semangat kita. Inilah hasil dari kerja keras kita kawan! :) 
Inilah, akhir dari kisah kita selama 3th ini. Semua pengalaman absurd yang kita lalui, pastinya tak luput dari ingatan. Ingat aku selalu ya, kawan LCBku! Aku nggak akan pernah lupain kenangan-kenangan konyol kita! Semoga semua selalu sukses, diterima di sekolah yang diinginkan dan tetap diberkahi Tuhan, kapanpun dan dimanapun. Sukses teman-temanku! Hidup LCB'10!

Saturday, June 8, 2013

Fall

Unbelievable. Semalem aku masih bercanda sayang-sayang, semalem aku masih nanyain kabar ayahnya, semalem aku masih bikin rencana buat ketemu hari ini, tapi?

Setelah aku terbang cukup tinggi dan cukup bahagia, sekarang sengaja kau jatuhkan lagi? Sengaja atau memang sudah rencana? Ya Tuhan…

Masih tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Beberapa jam yang lalu kita masih membicarakan tentang rencana pertemuan kita hari ini. Beberapa jam yang lalu kau masih meledekku yang berniat mau diet. Beberapa jam yang lalu kita masih saling tanya tentang menu sarapan tadi pagi. Ya Tuhan…

Mendadak kau bilang ada acara keluarga dan batal untuk datang kerumah padahal rencana itu sudah dirancang jauh hari sebelumnya. Jum’at lalu rencana pertemuan kita gagal, sekarang gagal lagi? Oke, masih bisa kutolerir. Kukira ini biasa dan masih bisa kumaklumi.

Beberapa jam yang lalu kau sempat marah karena aku sekenanya berkicau di jejaring sosial. Dan membenci semua retweetanku yang kukutip dari beberapa blogger. Lewat sedikit adu pesan di sms, akhirnya aku mengalah dan menghapus semua kicauan tak bergunaku di jejaring sosial. Itu masih terjadi beberapa jam yang lalu, tapi?

Berniat ingin curhat dan menyalurkan isi hati yang sempat terpendam sejak beberapa hari belakangan, tapi malah berakhir…tak mengenakkan, nggak bisa disangka dan siapa juga yang bakal mau kayak gini?!
Bukannya malah berusaha membela atau mencari solusi terbaik malah menyuruhku untuk tidak meneruskan hubungan ini yang kuhitung sejak Januari lalu. Begitu cepatnya? Dan segitu gampangnya?

Kita memang tak terikat dalam suatu hubungan khusus, karena aku tau dan aku sangat tau kalau kau sudah terikat dengan hubungan lain yang entah dengan siapa itu. Meski aku tau orangnya tapi tak ingin kukenal. Tapi meskipun begitu, kedekatan kita tak layak dikatakan sebagai teman dekat, atau sahabat, atau sejenisnya. Bahkan hubungan ini tak berstatus. Kau anggap biasa saja namun ku anggap ini semua lebih dari segalanya. Sangat kontras terlihat, layaknya aku jamur yang muncul tiba-tiba di musim kemarau. Aku muncul di tengah-tengah kisah membingungkanmu bersama entah itu siapa nggak penting. Tapi bisakah kau mengerti sedikit saja?

Tak ingatkah saat itu, dari jarak yang terlampau jauh, menembus panasnya jalanan kota dan bayang-bayang fatamorgana yang terlihat di sepanjang jalan lintas selatan demi bertemu dan menghabiskan waktu denganku. Tak cukup satu dua kali. Entah sudah berapa kali ruang tamu dan perabotannya menjadi saksi bisu tiap kedatanganmu kemari. Bagiku itu pengorbanan yang luar biasa di sela-sela kesibukanmu berkutat dengan jutaan lembar tugas dan jadwal bimbingan yang lumayan padat. Bagimu itu biasa dan belum seberapa ya mungkin? Tapi bagiku itu luar biasa.

Aku selalu ingat, kamu selalu duduk di sini. Di sebelah kananku, atau kadang saat laptopmu butuh charger kamu duduk di sebelah kiriku. Dan posisinya selalu disini, tidak pernah berpindah. Masih di sebelah utara meja ukiran kayu. Aku juga ingat, kau parkir motormu di sebelah selatan kolam depan rumah. Yang bisa aku intip lewat jendela kamarku, sehingga aku selalu tau saat kau datang. Aku ingat, Nescafe French vanilla itu minuman kopi favoritmu. Aku ingat, parfummu itu merek Gatsby urban colour infinity warna biru yang bertutup miring dan beraroma segar. Aku ingat, kamu suka bubur kacang ijo langgananmu. Aku juga masih ingat bagaimana caramu menggulung kabel charger laptop dan mengatai caraku terlalu ribet. Akhirnya sampe sekarang pun kuterapkan caramu itu. Begitu banyaknya hal sepele yang masih aku ingat darimu...

Setelah percakapan sore itu, curahan hati yang belum sempat tersampaikan sepenuhnya terpaksa kau akhiri dengan kata “Yaudah nggak bisa diterusin.” Seketika nyesek, panas dingin, gugup, bingung, nggak tau mau bilang apa, nggak tau mau nyikapinnya gimana. Cuma bisa diem, nangis, terus dengan singkat kujawab “Gitu doang? Nggak gimana-gimana gitu? Yaudah makasih.”

Tangisku pecah saat itu juga. Langsung terbayang gimana awal dulu, gimana pas deket dulu, apalagi beberapa jam yang lalu masih sempet bercanda bahkan adu pesan gara-gara kicauan jejaring sosial. Dengan berbekal kata maaf dan makasih, kamu pergi gitu aja. Udah cukup puas selama ini? Cukup puas mendengar celotehan kata sayang dariku yang nggak pernah mampir di hatimu? Cukup puas tau aku nangis pas udah galau gara-gara pesanku nggak kamu bales? Cukup puas tau aku yang mendem semua ini sendirian dan cuma bisa nangis pas udah nggak tau mau gimana? Bener-bener tega ya…

Jangan harap setelah ini aku bisa kembali maafin semua kesalahanmu yang nggak terhitung seberapa banyak. Jangan harap setelah ini aku masih bisa senyum pas ketemu atau ngebolehin kamu main kerumah lagi, nggak akan! Udah cukup dan makasih banyak atas semuuuua harapan yang masih kamu anggap “kita kan plen”. Cerita tanpa kejelasan kita selesai dan penantianku sejak Januari lalu juga selesai. Just let me fall kali ini aja. Dan kamu alasannya. 

And sadly here after....

Saturday, May 18, 2013

Bukan Ahli Alih Bahasa

Dan lagi kata-kata itu lagi. Apa tak ada kata lain yang lebih menjelaskan maksud dari semua sikapmu? Yang selama ini tak pernah aku mengerti? Adakah bahasa lain yang bisa menjelaskan semua maksud dari pikiran dan hatimu selama ini? Agar semua lebih jelas dan tidak mempermainkan perasaanku dengan cara diombang ambingkan tidak jelas seperti ini. Terlalu banyak tanda tanya dan terlalu banyak air mata yang kubuang percuma. Hanya untuk menangisi keadaan yang entah ini namanya apa. Patah hati bukan, sakit hati karena cinta? Menurutku bukan. Di khianati? Itu biasa. Lalu ini apa? PHP? Masalah apa lagi itu? Entahlah..semua ini terlalu rumit untuk dijelaskan. 

Apalagi yang perlu dijelaskan? Sikap seperti apa lagi yang akan kau tunjukkan untuk membuatku semakin tak paham? Aku benar-benar muak dengan permainanmu. Kau anggap apa aku? Yang kejelasannya tak pernah teraba, tak pernah bisa terlihat, dan tak pernah bisa kumengerti. Aku muak dengan semuanya. Untuk saat ini kau pergi, lalu beberapa hari kemudian datang lagi dan berkata 'aku masih temanmu kan?'. Jika telah puas mendengar jawaban 'iya kok kamu temanku' kemudian pergi lagi dan menghilang lagi. Selalu saja terulang begitu besok besoknya dan besoknya lagi. 

Lagi-lagi seperti ini, lagi-lagi sakit, lagi-lagi kecewa, lagi-lagi galau. Pembodohan. Bisakah kau tetap tinggal disini saja? Yang akan selalu ada untukku, tidak pergi dan menghilang dengan berbagai alasan dan tidak membuatku berpikir bahwa selama ini kau hanya memanfaatkanku. Bisakah kau mengerti? Peka? Sedikit saja aku butuh perhatianmu yang dulu 'pernah' kau berikan. 

Sudah! Aku bukan ahli alih bahasa yang selalu paham maksud pikiranmu. Jangan tuntut aku menjadi seperti itu. Jangan paksa aku lari dari kenyataan. Setelah semua yang terjadi kau pergi begitu saja? Mangkir begitu saja? Apa sebegitu kejam prinsip semua lelaki? Be a man wahai kau yang paling kupuja! Jangan berikan kasih sayang palsumu. Bagimu mungkin nggak penting, nggak mikir, nggak ngrasa. Haha baik sekali.... 

Sadar dong sadar dari tidur lelapmu. Could you look at me yang rela melakukan apapun demi senyum itu ada dari bibirmu? Do you ever feel gimana perasaanku seperti dihancurkan mesin penghancur baja? Never, you never know how I feel hey boy! Come on please, peka dong please. You should know where you belong, think I know it's with me. 

Maaf, memang tak seharusnya perasaan itu dipaksakan. Tapi jangan paksa aku mangkir dari jabatanku sebagai secret admirer selama beberapa bulan ini. Sudah cukup bahagia meski tanpa pengakuan. Dan cukup merasakan harapan meski sang pemberi tanpa ada rasa peka. 


7:11 PM di sudut ruang tamu, dimana kamu biasa duduk. Ingatkah?

Jutaan Kanvas Cerita Kita

Tahun telah berlalu kawan.
Canda, tangis, haru, kesal semua tertuang dilembaran besar kisah kita.
Tak cukup satu dua lembar.
Jutaan bahkan milyaran lembar bak kanvas lukisan kita.

Jangan sampai satu lembar pun yang tetap putih. 
Lukislah dan terus lukislah. 
Jangan biarkan sebuah titik kecil membungkammu, 
jangan biarkan seutas tali menjeratmu. 
Hingga memendam jauh dibalik derap hatimu. 
Segumpal cerita segumpal kisah. 

Kenanglah kawan kenanglah. 
Saat kita terdiam diantara hembusan angin diantara dinding-dinding yang berderuh bak genderang. 
Tak sepotong kalimat pun terdengar diantara kita. 

Namun kenanglah jua sobat. 
Saat kita tertawa seiring tarian tinta melukis diatas papan. 
Kita yang tak peduli jam yang tak lagi bergerak. 
Tak peduli lonceng yang terus memanggil. 
Karena kita selalu terbawa dalam canda, canda bersama. 

Kita arungi samudra indah dengan sebutir salju. 
Salju bak perahu yang menggergaji ombak. 
Ombak yang terus terus dan terus menerjang. 
Kita lalui dengan dinginnya dengan mudahnya. 

Kawan.... 
Mungkin celotehku ini hanya mampu merangkum 1/1000 kisah kita. 
Memang masih butuh banyak banyak dan banyak lembar lagi untuk menemani hidup kita. 
Namun jangan pernah singkirkan jutaan kanvas cerita kita. 
Dan semoga kau mengingat namaku, nama seseorang yang akan selalu mengingatmu. 

"Oke, ini karya salah satu teman sekelasku. He's Irvan Bayu Subekhi, yang terkenal lumayan gokil gila dikelas. Izin ya aku posting karyamu di blog buat kenang-kenangan kelas 9B<3" 

Wednesday, May 8, 2013

Memorandum Untuk Sahabatku

Kemana kamu? Yang pesan singkatmu selalu kutunggu tapi tak datang juga... 

Menangisi sahabat? Untuk apa? Tapi apa boleh buat? Hanya dengan menangis semua perasaan sakit itu tercurahkan. Sekali lagi kuambil selembar tisu dan kuusap bulir airmata yang jatuh seiring memorandum ini kutulis. 

Kita berteman sejak lama, kita bersahabat sekian lama, tapi kapan kamu paham benar posisiku sekarang? Kamu yang kupercaya sebagai sahabat terbaik sepanjang masa, malah mempermainkanku dengan cara yang tidak biasa. Menyakiti namun bisa mengobati. Itulah kamu. 

Aku selalu hafal maksud dari setiap gerak-gerik tingkah laku dan ucapanmu. Kucoba memahami itu dengan berbagai cara hingga semakin lama aku semakin terbiasa dan tak pernah menyerah untuk mencoba. Aku saja paham, kenapa kamu tidak? Bukankah kita sahabat terbaik sepanjang masa? Bukankah persahabatan kita akan selalu ada? Aku hanya menginginkan persahabatan kita merupakan hubungan persahabatan paling indah di dunia, tidak dibohongi oleh harapan dan perasaan palsu. 

Kamu bagaikan malaikat tanpa sayap yang dianugerahkan Tuhan kepadaku... 

Sebagai sahabat yang baik, selalu ku berusaha untuk memberikan kasih sayang dan perhatian yang terbaik melebihi orang yang kau sayangi. Karena orang yang kau sayangi itu belum tentu bisa memberikan kasih sayang sehebat dan setulus kasih sayangku. Sebagai sahabat yang baik, selalu ku sempatkan waktuku untuk menemanimu dalam keadaan apapun dan kapanpun. Baik senang maupun susah. Baik itu menyenangkan atau menyedihkan. Tapi, aku berharap perlakuan seperti itu darimu. Aku selalu mengharapkan perlakuanku mendapat imbalan yang sama darimu. Tapi nyatanya? 

Jangan kau berikan aku kasih sayang palsumu, sahabat. Bukan itu yang kuharapkan. Aku ingin yang benar-benar nyata. Kamu yang benar-benar ada dan selalu sedia. Sepertiku, seperti ketulusanku menghargaimu sebagai sahabat terbaikku. Yang tidak hanya ada saat kau butuh, tapi kapanpun aku selalu ada. Pernahkah kau menyadarinya? Mungkin tidak. 

Mungkin bagimu, aku hanyalah teman biasa yang tidak sehebat teman-teman dekatmu... 

Cukup sadar kok, aku tidak sama dibanding teman-teman dekatmu yang selalu bisa membuatmu tertawa, duduk bersama dan mengobrolkan hal-hal yang menurut kalian menyenangkan, sekedar hangout atau touring ke beberapa tempat wisata. Aku tidak sehebat itu, aku tidak se-menyenangkan layaknya mereka yang bisa membuatmu tertawa lepas, tertawa bersama dan meluapkan seluruh kebahagiaanmu. Aku tidak bisa membuatmu seperti itu. Aku hanya bisa diam-diam memahamimu, diam-diam ada untukmu. Jangan bandingkan aku dengan mereka, karena tak akan sebanding. Mereka jauuuh lebih baik dari aku. 

Tapi diam-diam aku memahamimu... 

Apakah temanmu yang lain bisa memahamimu lebih dari aku? Aku mengerti tentang hobimu, aku mengerti tentang cita-citamu, aku mengerti tentang kisahmu dengan orang-orang terdekatmu, aku mengerti tentang lagu-lagu favoritmu, aku mengerti semua tentangmu! Apa mereka bisa? 

Jangan hanya datang padaku saat kau butuh... 

Datanglah padaku kapanpun. Aku akan selalu ada untukmu kapanpun juga. Karena kau sahabat terbaik yang pernah ada sepanjang masa! Namun jika aku membutuhkanmu, tolonglah pinjamkan bahumu sebentar saja untuk aku bersandar saat lelah menghadapi hidup, tolonglah pinjamkan telingamu sebentar saja untuk kau dengarkan keluh kesahku yang mungkin tak ada habisnya, tolonglah pinjamkan mulutmu sebentar saja untuk kau beri aku motivasi pembangkitmu, tolonglah pinjamkan matamu sebentar saja untukku agar kubisa menatapmu lekat-lekat. 

Kita sahabat sampai kapanpun... 

Persahabatan kita tak akan hilang ditelan waktu, sobat. Meski aku tak sehebat yang kau inginkan, inilah aku dengan ketulusanku menyayangimu sebagai satu-satunya sahabat yang paling hebat didunia. 

I miss spending time with you, I miss when we laughed together, I miss hugging and I miss cuddling. I miss you. I want someone who would be my best friend forever, my lover, my other half, my reason to smile, my world, my everything. Then I found in you, you more than ever. I'm not perfect, I'll annoy you, make fun of you, say stupid things, but you'll never find someone who loves you as much as I do..

Thursday, May 2, 2013

Merindumu di Puncak Bukit Khayangan


Hai, kamu manusia aneh. Dan bayanganmu berdomisili di puncak bukit ini. Tempat yang selalu ingin kukunjungi setiap minggu. Banyak kenangan indah yang terlukis disini, dimana aku bisa merasakan secercah keceriaan saat bersamamu. Bagas, banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu. Kapan waktu akan mempertemukan kita kembali layaknya dulu?

Namamu yang tak sengaja kubaca saat aku membaca absen di ruang kelas baruku. Dengan wajah yang terkesan cuek dan tak peduli kau mengulurkan tanganmu sembari memberikan absen yang baru saja kau tanda tangani. Pertemuan itu tak berpengaruh apa-apa, hingga dihari-hari berikutnya kita tetap hening belum mengenal satu sama lain. Memasuki waktu 2 minggu di kelas baruku, akhirnya aku mulai mengenalmu. Tak banyak yang aku tau tentangmu saat itu. Hanyalah seorang Bagas anak kost yang supel dan sederhana, sering mengendarai motor vespa kesayanganmu, beralis tebal dan berjanggut nyathis kata orang jawa bilang. Cuek dan sedikit pemalu. Lebih banyak diam di kelas dan bermain game di gadget kesayangannya. Itu awal perkenalan kita.

Hingga akhirnya aku kenal denganmu, kau juga kenal denganku. Kau sering mengajakku belajar bersama dirumah, kau sering mengajakku bermain PS di tempat kostmu, kau sering mengajakku nongkrong di kedai burjo saat pulang ekstra, banyak hal yang bisa kulakukan denganmu. Aku ingat, saat itu mendung benar-benar menyelimuti kota Surakarta. Di suasana yang dingin dan berawan itu, kau mengajakku ke puncak bukit yang aku tidak tau apa namanya. Benar-benar dingin, hingga jaket tebal yang kugunakan tidak mampu memberiku kehangatan. Disana kita bisa lihat rimbunan hutan yg hijau diselimuti kabut, dan jalanan kota yang terlihat kecil dari puncak bukit. Disana kau ceritakan semua tentangmu. Hingga akupun tau. Kau yang mengidolakan Synyster Gates, gitaris dari salah satu band heavy metal favoritmu itu, kau salah satu pendukung klub Real Madrid, menyukai semua lagu-lagu Linkin Park dan bercita-cita menjadi seorang dokter. Tak salah kita sama-sama masuk di jurusan IPA di awal tahun kemarin. Tak sadar aku mulai mengagumimu, Bagas. Yang kukira cuek dan tak pernah peduli, ternyata sangat periang dan nyaman diajak bicara. Seiring dengan kedekatan kita, seiring itu pula cinta itu ada. Di bukit itu, kau nyatakan cinta padaku tanpa kuduga. Kuterima cintamu saat itu juga dan tepat tanggal 22 November 2012 kita resmi berpacaran.
Rasa senang dalam hati mencuat tak karuan. Kegembiraanku bisa memilikimu benar-benar tak bisa dipendam. Sejak saat itu, di bukit itulah kita ukir kenangan-kenangan tak terlupakan bersama. Kuanggap bukit itu sebagai bukit khayangan karena dari situ kita bisa melihat indahnya kota Surakarta dari ketinggian. Dari situ kita bisa merasakan dinginnya angin yang berhembus. Dari situ kisah kita melangkah. Setiap ada waktu luang, kita selalu menyempatkan diri untuk pergi kesana. Menghilangkan sedikit rasa jenuh dan penat seharian berkutat dengan rumus-rumus fisika dan hafalan anatomi biologi. Saat itulah satu-satunya quality time-ku bersamamu, Bagas.

Masih ingatkah kau tahun baru 2013 yang lalu?

Menembus gelapnya malam kita pergi bersama ke bukit khayangan. Berdua kita rayakan pergantian tahun bersama. Kita bisa melihat keramaian kota dari sini. Melihat letupan kembang api yang melambung di langit-langit malam Surakarta. Ingin ku ulangi kejadian saat itu bersamamu. Namun..entah kapan bisa ku ulangi saat-saat menyenangkan itu.

Entah takdir apa yang telah Tuhan gariskan. Akhir Januari 2013 mungkin kita tak akan bertemu lagi. Kau dan keluargamu akan pindah ke Forks, Amerika dikarenakan ayahmu yang mendapat proyek kerja disana. Itu jarak yang sangat jauh, Bagas. Tak bisa dijangkau dengan mudah. Indonesia-Amerika bukan jarak yang dekat. Perbedaan waktu yang terlampau jauh juga menghambat komunikasi kita. Ya Tuhan, begitu cepatnya kau meninggalkanku Bagas...

Rasanya belum lama kukenal kau di awal semester Juli 2012 lalu. Rasanya belum lama kau sering mengajakku belajar dirumah dan bermain PS di kostmu. Rasanya belum lama kita mengalami kejadian ditertawakan banyak orang saat motormu mogok di tengah-tengah traffic light. Rasanya belum lama kita mengukir waktu bersama di bukit khayangan, tempat favorit kita. Mengapa begitu cepat? Kenapa harus kau ikuti ayahmu yang pindah di negeri nun jauh jaraknya? Aku merindukanmu, Bagas. Sangat merindukanmu.

Hanya disini, di bukit ini kenangan itu kembali ku kenang. 4 bulan sudah sejak kepergianmu. Sejak saat itu juga kucoba memperbaiki hidupku yang berantakan karena kepergianmu. Ingin rasanya aku menetap di bukit itu dan merasakan hadirmu. Yang hanya bisa kurasakan disana. Cepatlah kembali, Bagas jagoanku.

Aku menunggumu disini, di bukit khayangan. Dari ketinggian kota Surakarta. 

Monday, April 29, 2013

Aljabar Vs Alih Bahasa Tanpa Arti


Aljabar? Pelajaran yang menyangkut jutaan angka-angka dan huruf-huruf variabel entah itu apa namanya. Pelajaran yang paling aku benci dari sekian banyak pelajaran kelas 9 SMP. Rumit, mulek, susah dipecahin, nggak bisa ditebak. Oke, fine. Dan aku benci.

Sama seperti kamu. Aneh, freak, mulek, susah dingertiin, susah ditebak jalan pikirannya. Komplit. Kamu itu rumit layaknya aljabar. Tapi anehnya, aljabar yang segitu menyebalkannya bisa aku benci sedangkan kamu yang lebih menyebalkan daripada aljabar sama sekali nggak bisa bikin aku benci sama kamu. Aneh ya? Iya. Nggak tau kamu pake jurus apaan sampe-sampe aku nggak bisa sedikitpun benci sama kamu yang super susah orangnya.

Entah gimana caranya ngertiin sikap maksudmu yang sama sekali nggak aku pahami. Sesaat kamu bisa bikin aku ketawa, senyum, seneng, tapi disisi lain aku juga bingung. Kadang menangisi keadaan seperti ini memang nggak ada manfaatnya. Tapi, maksud kamu selama ini apa? Entah aku yang terlalu GR atau emang ada maksud lain dibalik semua itu. Who knows? I’ll never understand about you, never. So what should I do? 

Demi Tuhan, berada dekat denganmu membuatku nyaman. Tapi, apa ada maksud lain dibalik semuanya? Terlalu susah untuk dialih bahasakan. Terlalu rumit, terlalu sulit. Sama layaknya aljabar, perasaanku saat ini layaknya alih bahasa tanpa arti yang entah bagaimana akan kujelaskan kapan dan pada siapa akan berpihak. Sekian. Aneh ya? Oke bye

Jatuh Karena Cinta

"Salah satu karya My Best Serabella (write-bells.blogspot.com) thanks for your support darl. Cukup terharu, berkat curhatanku dia bisa menuangkan ini lewat kata-kata. You makes me wonder, really :D Holding on!"

written by Serabella Annora, April 25th, 2013. 


Menangis adalah cara hati berbicara ketika mulut tak lagi sanggup..
Pagi ini, kami bertemu setelah libur memisahkan kami selama dua hari. Dia langsung memelukku, dan terisak di bahuku. Aku tahu apa yang terjadi padanya, dia sudah cerita semua sehari sebelumnya. Ini tentang kisah cintanya yang begitu-begitu saja, selalu berakhir dengan dia sebagai korbannya.
Aku tidak mengerti, mengapa laki-laki itu hobi menyakiti. Lagi-lagi aku tidak mengerti, mengapa Thata selalu jadi korban patah hati. Thata punya segalanya, namun laki-laki itu malah menyia-nyiakannya. Mereka belum tahu betapa beruntungnya mereka setelah mendapatkan Thata. Seharusnya laki-laki itu bersyukur, mendapatkan cinta yang tulus dari seorang Thata, gadis kuat yang tak pernah mencintai setengah-setengah. Banyak orang di luar sana menunggu Thata untuk menjadi miliknya, namun Thata tetap setia pada lelaki yang dicintainya. Dia tidak menyangka, pengorbanannya harus dibalas dengan luka yang tidak main-main sakitnya.
Kali ini lukanya berbeda, dia tidak putus cinta. Seseorang yang bukan kekasihnya telah mempermainkan perasaannya, membuatnya kembali merasakan sakitnya terluka.
Pada dasarnya, Thata bukanlah gadis cengeng yang menangis keras-keras lalu menyayat tangannya sendiri dan meng-upload ke jejaring sosial, kemudian membuat status sepanjang kertas koran untuk mengatakan pada orang-orang bahwa dia sedang sakit hati. Bukan, Thata bukan tipe gadis lebay seperti itu. Dia memilih menangis di bawah bantal, supaya isak tangisnya tidak terdengar. Supaya tetap terlihat kuat di depan orang-orang. Dia suka mencoba tegar, bahkan di saat dia tahu tidak mudah untuk bertahan di saat-saat seperti ini.
Tapi aku paham perasaannya, bagaimanapun, sakit rasanya dipermainkan. Dia lelah menahan sakit yang berkepanjangan, dia tidak kuat menahan sesak yang perlahan membuncah, pada akhirnya luka itu akan keluar juga dari kelopaknya dengan nama air mata. Thata bukan gadis yang cengeng, namun cinta bisa meruntuhkan kekuatannya dalam sekejap.
Thata memelukku erat-erat, seiring dengan isakannya yang semakin kuat. Gadis ini benar-benar dirapuhkan oleh perasaan. Dan melalui pelukan, aku ingin menyalurkan kekuatan. Cintanya bukan cinta main-main, dia tidak pernah merasakan jatuh cinta sedalam ini pada sosok bernama lelaki. Baru kali ini. Tak heran, sakit rasanya ketika lelaki yang begitu dipercaya untuk tidak menyakiti malah menghempaskannya sedemikian sakit.
Mulutnya mulai membuka, mencoba mencurahkan apa yang mengganjal hatinya. Begitu berat bebannya hingga untuk berkata-kata saja ia tak mampu lagi. Berkali-kali ia membekap mulutnya, lalu terisak. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Aku sungguh tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk mengurangi bebannya sedikit saja, untuk menyembuhkan lukanya setitik saja. Jika ada yang bisa kulakukan untuk membuatnya kembali tertawa, akan kulakukan saat itu juga, supaya tangis itu tak kudengar lagi.
Aku tahu Thata lelah, aku tahu ia muak dengan kisahnya yang monoton. Aku harap dia bisa cepat bangkit. Aku yakin dia cukup kuat untuk menunjukkan pada mereka bahwa dia terlalu berharga untuk disia-siakan begitu saja.
Keep holding on, My Best..


Thank you for everything my Best, keep holding on!^^

Thursday, April 18, 2013

Tanpa Peka

Udah percuma, mau gimanapun semuanya tetep nggak mungkin. 
Mengharapkan sesuatu yang nggak mungkin terjadi, sama aja ngeharapin bisa meluk bulan. 
Saat kita udah terlanjur berharap kepada sang pemberi harapan namun tak pernah dianggap...

Pernahkah merasakan apa yang aku rasakan saat ini? 

Berbagai perasaan sakit dan sejenisnya mulai muncul. 
Takut kalau cuma dijadiin pelarian atau pelampiasan.
Itu udah pasti. 
Atau cuma dikasih harapan palsu yang nama trennya PHP itu. 

Gimana kalo misal semua itu terjadi? Sedangkan perasaanku sama kamu sekarang....

Cinta! Sayang! 
Semua terjadi gitu aja tanpa diminta. 
Gimana aku bisa mengelak? 
Gimana aku bisa lari dari kenyataan? 
Jelas-jelas ini nggak mungkin! 
Bisa-bisa aku yang makin tersakiti!

Aku harus gimana kalo udah terlanjur berharap sama kamu? 

Apa aku harus nunggu sampe kamu tau? 
Apa aku harus nunggu sampe kamu peka? 
Apa aku harus ngomong terang-terangan sama kamu yang jelas nggak mungkin?!

Kamu tau aku terlalu malu buat ngomong semua itu. 
Kamu tau aku terlalu jaim buat ungkapin semuanya. 
Kamu tau, kamu udah ada dia yang punya segalanya!
Dan aku nggak mungkin rebut kamu dari dia! Kamu tau?!

Lalu apa artinya selama ini? 
Perhatian dan harapan yang kamu kasih, udah aku anggap lebih!
Seharusnya itu semua lebih dari sekedar teman. 
Tapi kamu tau, katamu aku nggak boleh berharap gitu. 

Oke, fine! Biar aku yang ngrasain semuanya. 
Cukup ngertiin perasaanku aja plis. 

Tapi entahlah. 
Mungkin aku percuma nulis ini buat kamu. 
Yang nggak pernah kamu baca. 
Yang nggak pernah punya rasa peka.
Sekian, aku tetep nunggu kamu. 

Tuesday, April 16, 2013

Dia

"Sebuah karya sahabat terbaikku, yang aku kutip dan aku posting di blog karena setiap larik katanya begitu menginspirasi."- Thata Utami

Tuhan,
Dia adalah alasanku bahagia setiap harinya
Alasanku tegar menjalani hidupku yang tidak sempurna
Alasanku kuat melawan hariku yang berat
Aku mencintainya karena dia tidak sempurna
Ya, dia tidak tampan
Dia tidak memiliki banyak uang
Tak mampu mengajakku makan malam di restoran yang mahal
Namun siapapun dan bagaimanapun dia, aku tetap mencintainya
Aku suka melihatnya cemberut
Aku suka melihatnya menolak tawaran temannya untuk merokok
Aku suka melihat caranya tertawa
Melihat caranya tersenyum
Melihat caranya melakukan sesuatu
Aku suka mendengarnya berceloteh panjang lebar
Aku suka mendengar setiap kata yang mengalun dari bibirnya
Tuhan, 

Terima kasih telah mengirimku seseorang seperti dia
Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk mencintainya
Melalui dia
Aku tahu apa itu cinta
Karya: Serabella Annora; write-bells.blogspot.com

Monday, April 15, 2013

Aku Yang Sebatas Temanmu

"30 April 2011, dimana semua layaknya abnormal."- Thata Utami


Kutulis kutipan ini, tanggal 30 April 2011. Tepat 3 tahun hubungan cintamu berjalan. Begitu menyenangkannya kisah itu, hingga akupun yang bukan siapa-siapa bagimu bisa ikut merasakan betapa bangga dan bahagianya kamu, juga kekasihmu, berhasil mempertahankan ikatan cinta selama 3 tahun yang tidak semua orang bisa melakukannya. Pasti banyak ya hambatan dan cobaan yang kamu alami selama 3 tahun bersama kekasihmu itu. Kalian pasangan yang hebat, teman. Dalam suasana apapun kalian tetap berusaha untuk selalu bersama, mungkin. Sebagian besar orang memandang iya. Kamu dan kekasihmu adalah pasangan yang serasi. Siapa yang tidak tau tentang hubunganmu? Di kampus pun kisah cinta kalian banyak di perbincangkan karena kesetiaan juga tanggung jawabmu sebagai kekasih yang baik baginya. Siapa cewek yang nggak mau punya pacar kayak kamu. Jujur, pinter, baik hati, ramah, tanggung jawab, supel, atletis, keren, manis. Bisa mendapatkan cewek sehebat dia, yang cantik, pinter, baik hati meskipun nggak ramah kalo sama aku, jago olahraga kayak kamu. Kamu pasti bangga ya punya pacar kayak dia? Dia pasti juga sangat sangat bangga punya pacar kayak kamu. Aku juga ingin seperti itu.

Kita kenal sejak semester 1, yang selalu satu kelas dan satu jurusan denganku. Aku sudah benar-benar hafal gerak-gerikmu yang aku amati sejak awal semester. Kamu teman yang baik, pacar yang setia dan tanggung jawab, kamu punya segalanya. Tapi maaf, aku bisa saja membuatmu tak setia. Maaf, maaf dan maaf. Semua terjadi begitu saja. Cinta memang tak bisa ditebak. Kapan akan datang dan kepada siapa cinta berpihak. Itu terjadi pada kita. Aku dan kamu. Aku muncul di tengah-tengah hubunganmu dengan dia. Kejamnya aku. Jahatnya aku. Salahkah aku?

Kamu selalu memberikan perhatian yang aku anggap lebih, kamu yang selalu menemaniku saat aku kesepian, kamu yang selalu memotivasiku saat menjelang Ujian Tengah Semester, kamu yang selalu menyempatkan diri untuk mengirim beberapa pesan singkatmu atau meninggalkan beberapa missed call, kamu yang selalu marah saat aku tidak menuruti perintahmu untuk makan siang, kamu yang selalu menemaniku begadang hingga lewat tengah malam melalui perbincangan kita di sms, kamu yang betah browsing youtube berjam-jam dirumahku dan aku masih setia saja menemanimu selama berjam-jam membosankan itu, kamu yang selalu mengingatkan aku untuk menghapus semua history percakapan kita agar tak diketahui orang lain, kamu yang menjadi kebanggaanku juga kebanggaan mamaku, kamu yang super sempurna untukku! Tak sadarkah kau betapa berharganya di mataku? Tapi kamu hanya menganggapku sebagai seorang teman! Teman! Apa kau tak pernah sedikitpun mengerti maksud dari sikap-sikapku padamu? Apa kau tak pernah mengerti betapa besar harapanku untuk bisa bersamamu dan mendapatkan cintamu?! Kapan kamu akan sadar, teman? Kapan? Begitu tersiksanya aku memendam ribuan harapan yang setiap saat ingin kuungkapkan. Menahan egoku yang terlalu besar untuk bisa memilikimu seutuhnya. Merahasiakan tentang hubungan kita yang tak pernah diketahui oleh orang lain. Namun menjadi lebih dekat denganmu, cukup membuatku merasakan secuil kebahagiaan.

Dan hari ini, teman. 3 tahun sudah hubunganmu berjalan. Kau mempersiapkan semuanya dengan baik. Menyiapkan kejutan kecil untuk kekasih tercintamu. Saat itu, 12 April 2011, kita sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Kau meminta saran padaku saat ingin membelikan kekasihmu kue tart sebagai kejutan kecil untuknya. Aku bisa melihat begitu bahagianya kamu. Dari pandangan dan sinar matamu yang berbinar-binar, menunjukkan kebahagiaan luar biasa menyambut 3 tahun spesialmu. Aku ingin seperti itu. Aku ingin bisa jadi kekasihmu. Aku ingin bisa membelikanmu kue tart bertuliskan ‘Happy Anniversary’ dan memelukmu dengan luapan kasih sayang. Aku ingin seperti itu dan hanya denganmu. Aku tidak ingin dengan yang lain. Aku hanya ingin denganmu, teman.

Semalam, kita sempat begadang hingga tengah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.35 dan kita belum juga beranjak tidur. Kau bercerita padaku bahwa ingin memberi ucapan pada kekasihmu yang hanya bisa kutanggapi, “Oalah ultah?”. Katamu bukan, tapi anniversarymu. Cemburu? Aku tidak pantas cemburu padamu, teman. Dan semalam percakapan kita benar-benar membosankan. Aku yang sudah mulai badmood karena meradang tak karuan hanya bisa menanggapi pesanmu dengan singkat. Akhirnya tepat pukul 00.00 pesanku tak kau balas. Mungkin sudah sibuk mengucapkan selamat dan berbasa-basi sayang-sayang dengan kekasihmu. Karena jengkelku, akhirnya kuputuskan untuk tidak membalas pesanmu malam itu dan menangis di kamar.

Ini bukan lebay. Ini bukan alay seperti yang orang katakan. Menangis adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaan yang mengganjal, daripada galau kan lebih baik menangis sepuasnya di kamar. Dan hanya dengan kutipanku ini kucurahkan segala isi hatiku. Segala unek-unekku hanya bisa kutumpahkan di potongan kata-kata yang kuuntai menjadi rangkaian kalimat.
Happy anniversary, teman. Semoga di tahun ketiga ini menjadi berkah yang tak terhingga untuk kalian. Longlast, makin langgeng sampe kakek nenek nanti, makin mesra, makin kuat jalinan cintanya, all best wishes for you.

Semoga bahagia dengan kekasihmu ya, teman terbaikku. Maaf jika aku menjadi orang ketiga di antara hubungan kalian. Dan aku cukup bahagia meski tak bisa memilikimu seutuhnya, namun terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang selalu kau curahkan untukku. Terima kasih juga untuk kamu, kekasih temanku. Memberiku kesempatan untuk bisa dekat dengan kekasihmu meskipun kau tak pernah tau. Bisa memiliki kekasihmu walau tak sepenuhnya layaknya kamu yang bisa memilikinya. Namun, bolehkah aku dan kekasihmu lebih dari sekedar teman?

Di Lipatan Waktu, Aku Menunggumu Lagi

"Kutipan ini saya buat ketika pertama kali menemukan inspirasi untuk menulis. Berkat novel karya Moammar Emka, aku mendapatkan kata-kata yang 'amazing' dan membuatku semakin tertarik di dunia sastra"- Thata Utami

Karena hanya di hatimu aku ingin berhenti mencintai. Pada segalamu, cinta tak kutakar lagi. Telah kubaca tanda dari segala gerak hatimu. Kuberkaca tak jera; agar menjadi kita, suatu ketika. Aku mencintaimu di luar pemahaman, selesai! Dan aku cukup bahagia!

Aku mencintaimu bukan dalam terang siang. Aku mencintaimu dalam kegelapan, dengan hati sebagai mataku. Setidaknya kita bisa bersama dalam cinta meskipun kepastian masih belum teraba. Entah sebagai awal atau akhir, aku tetap menginginkanmu sebagai tokoh utama dari setiap inci cerita bahagia dan sedihku.

Ini yang tertulis di hatiku. Aku mencintaimu. Titik. Tanpa koma.

Pilihan tetaplah pilihan. Jalani dengan semestinya, tanpa rekayasa. Demimu aku mampu, menjadikanmu yang terindah meski penyatuan belum terjamah.

Di rumah kecilku ini, tak ada rahasia yang kita simpan layaknya di luar sana. Mendakwa ingatanku selalu terngiang, setiap kali kulihat jejakmu yang tertinggal di ruang tamu. Bukan soal kata ganti orang pertama atau kedua, yang kucari adalah subyek dengan abjad cinta yang berfungsi sebagai kata kerja. Semoga aku bukan termasuk orang yang serakah jika selalu berharap kau di dekat hatiku, kapanpun itu, yang seharusnya bukan milikku.

Ada dan tiada bagimu, kamu tetap ada bagiku. Maka untuk apa ingkar jika penantianku masih bertekuk pada lipatan sunyi yang mencatut namamu satu-satunya?

Bersamamu, kupuji hari karena setiap cerita begitu berarti. Tak peduli apakah ini cinta atau bukan. Aku hanya ingin menikmati luka bahagia ini, merangkumnya dalam keindahan inci demi inci. Berulang kali kubunuh rasa ini, aku tak bisa kemana-mana ternyata! Maka percayakan saja pada sang waktu. Kita tetaplah satu, karena cinta selalu ada.

Menjemput impian. Keniscayaan untuk bersamamu adalah harapan dan pencapaian terbesar. Aku percaya, mencintaimu adalah pilihan dari setiap hidup yang kuyakini. Meski barisan waktu menjepitku dalam penantian tak bertepi. Bersamamu yang kumau. Mengisap senyum juga rasamu. Bersatu kita, tanpa wagu, semoga saja.

Aku memang picisan. Tapi peduli apa karena kamulah satu-satunya alasan yang butuh kukatakan. Untuk apa jauh-jauh lagi mencari, sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup; bahagia bersamamu. Kita bertemu tanpa rekayasa, lalu berdiri di garis yang sama dengan bekal rindu dan cinta. Semoga, demikian…

Semata damba, sejuta do’a. Kepadamu kuiba dalam kepasrahan satu.

Di ruang tanpa kata, kesetiaan itu tetap terjaga. Menunggu datangnya masa saat perjamuan mencetak nyata. Sebaris sapamu, kupercaya bisa cairkan senyumku. DELAYED! Di lipatan waktu, aku menunggumu lagi.

Hanya untuk sang Angin, senantiasa berhembus untuk cinta. Yang entah akan nyata ataupun tiada.