Monday, April 29, 2013

Aljabar Vs Alih Bahasa Tanpa Arti


Aljabar? Pelajaran yang menyangkut jutaan angka-angka dan huruf-huruf variabel entah itu apa namanya. Pelajaran yang paling aku benci dari sekian banyak pelajaran kelas 9 SMP. Rumit, mulek, susah dipecahin, nggak bisa ditebak. Oke, fine. Dan aku benci.

Sama seperti kamu. Aneh, freak, mulek, susah dingertiin, susah ditebak jalan pikirannya. Komplit. Kamu itu rumit layaknya aljabar. Tapi anehnya, aljabar yang segitu menyebalkannya bisa aku benci sedangkan kamu yang lebih menyebalkan daripada aljabar sama sekali nggak bisa bikin aku benci sama kamu. Aneh ya? Iya. Nggak tau kamu pake jurus apaan sampe-sampe aku nggak bisa sedikitpun benci sama kamu yang super susah orangnya.

Entah gimana caranya ngertiin sikap maksudmu yang sama sekali nggak aku pahami. Sesaat kamu bisa bikin aku ketawa, senyum, seneng, tapi disisi lain aku juga bingung. Kadang menangisi keadaan seperti ini memang nggak ada manfaatnya. Tapi, maksud kamu selama ini apa? Entah aku yang terlalu GR atau emang ada maksud lain dibalik semua itu. Who knows? I’ll never understand about you, never. So what should I do? 

Demi Tuhan, berada dekat denganmu membuatku nyaman. Tapi, apa ada maksud lain dibalik semuanya? Terlalu susah untuk dialih bahasakan. Terlalu rumit, terlalu sulit. Sama layaknya aljabar, perasaanku saat ini layaknya alih bahasa tanpa arti yang entah bagaimana akan kujelaskan kapan dan pada siapa akan berpihak. Sekian. Aneh ya? Oke bye

Jatuh Karena Cinta

"Salah satu karya My Best Serabella (write-bells.blogspot.com) thanks for your support darl. Cukup terharu, berkat curhatanku dia bisa menuangkan ini lewat kata-kata. You makes me wonder, really :D Holding on!"

written by Serabella Annora, April 25th, 2013. 


Menangis adalah cara hati berbicara ketika mulut tak lagi sanggup..
Pagi ini, kami bertemu setelah libur memisahkan kami selama dua hari. Dia langsung memelukku, dan terisak di bahuku. Aku tahu apa yang terjadi padanya, dia sudah cerita semua sehari sebelumnya. Ini tentang kisah cintanya yang begitu-begitu saja, selalu berakhir dengan dia sebagai korbannya.
Aku tidak mengerti, mengapa laki-laki itu hobi menyakiti. Lagi-lagi aku tidak mengerti, mengapa Thata selalu jadi korban patah hati. Thata punya segalanya, namun laki-laki itu malah menyia-nyiakannya. Mereka belum tahu betapa beruntungnya mereka setelah mendapatkan Thata. Seharusnya laki-laki itu bersyukur, mendapatkan cinta yang tulus dari seorang Thata, gadis kuat yang tak pernah mencintai setengah-setengah. Banyak orang di luar sana menunggu Thata untuk menjadi miliknya, namun Thata tetap setia pada lelaki yang dicintainya. Dia tidak menyangka, pengorbanannya harus dibalas dengan luka yang tidak main-main sakitnya.
Kali ini lukanya berbeda, dia tidak putus cinta. Seseorang yang bukan kekasihnya telah mempermainkan perasaannya, membuatnya kembali merasakan sakitnya terluka.
Pada dasarnya, Thata bukanlah gadis cengeng yang menangis keras-keras lalu menyayat tangannya sendiri dan meng-upload ke jejaring sosial, kemudian membuat status sepanjang kertas koran untuk mengatakan pada orang-orang bahwa dia sedang sakit hati. Bukan, Thata bukan tipe gadis lebay seperti itu. Dia memilih menangis di bawah bantal, supaya isak tangisnya tidak terdengar. Supaya tetap terlihat kuat di depan orang-orang. Dia suka mencoba tegar, bahkan di saat dia tahu tidak mudah untuk bertahan di saat-saat seperti ini.
Tapi aku paham perasaannya, bagaimanapun, sakit rasanya dipermainkan. Dia lelah menahan sakit yang berkepanjangan, dia tidak kuat menahan sesak yang perlahan membuncah, pada akhirnya luka itu akan keluar juga dari kelopaknya dengan nama air mata. Thata bukan gadis yang cengeng, namun cinta bisa meruntuhkan kekuatannya dalam sekejap.
Thata memelukku erat-erat, seiring dengan isakannya yang semakin kuat. Gadis ini benar-benar dirapuhkan oleh perasaan. Dan melalui pelukan, aku ingin menyalurkan kekuatan. Cintanya bukan cinta main-main, dia tidak pernah merasakan jatuh cinta sedalam ini pada sosok bernama lelaki. Baru kali ini. Tak heran, sakit rasanya ketika lelaki yang begitu dipercaya untuk tidak menyakiti malah menghempaskannya sedemikian sakit.
Mulutnya mulai membuka, mencoba mencurahkan apa yang mengganjal hatinya. Begitu berat bebannya hingga untuk berkata-kata saja ia tak mampu lagi. Berkali-kali ia membekap mulutnya, lalu terisak. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Aku sungguh tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk mengurangi bebannya sedikit saja, untuk menyembuhkan lukanya setitik saja. Jika ada yang bisa kulakukan untuk membuatnya kembali tertawa, akan kulakukan saat itu juga, supaya tangis itu tak kudengar lagi.
Aku tahu Thata lelah, aku tahu ia muak dengan kisahnya yang monoton. Aku harap dia bisa cepat bangkit. Aku yakin dia cukup kuat untuk menunjukkan pada mereka bahwa dia terlalu berharga untuk disia-siakan begitu saja.
Keep holding on, My Best..


Thank you for everything my Best, keep holding on!^^

Thursday, April 18, 2013

Tanpa Peka

Udah percuma, mau gimanapun semuanya tetep nggak mungkin. 
Mengharapkan sesuatu yang nggak mungkin terjadi, sama aja ngeharapin bisa meluk bulan. 
Saat kita udah terlanjur berharap kepada sang pemberi harapan namun tak pernah dianggap...

Pernahkah merasakan apa yang aku rasakan saat ini? 

Berbagai perasaan sakit dan sejenisnya mulai muncul. 
Takut kalau cuma dijadiin pelarian atau pelampiasan.
Itu udah pasti. 
Atau cuma dikasih harapan palsu yang nama trennya PHP itu. 

Gimana kalo misal semua itu terjadi? Sedangkan perasaanku sama kamu sekarang....

Cinta! Sayang! 
Semua terjadi gitu aja tanpa diminta. 
Gimana aku bisa mengelak? 
Gimana aku bisa lari dari kenyataan? 
Jelas-jelas ini nggak mungkin! 
Bisa-bisa aku yang makin tersakiti!

Aku harus gimana kalo udah terlanjur berharap sama kamu? 

Apa aku harus nunggu sampe kamu tau? 
Apa aku harus nunggu sampe kamu peka? 
Apa aku harus ngomong terang-terangan sama kamu yang jelas nggak mungkin?!

Kamu tau aku terlalu malu buat ngomong semua itu. 
Kamu tau aku terlalu jaim buat ungkapin semuanya. 
Kamu tau, kamu udah ada dia yang punya segalanya!
Dan aku nggak mungkin rebut kamu dari dia! Kamu tau?!

Lalu apa artinya selama ini? 
Perhatian dan harapan yang kamu kasih, udah aku anggap lebih!
Seharusnya itu semua lebih dari sekedar teman. 
Tapi kamu tau, katamu aku nggak boleh berharap gitu. 

Oke, fine! Biar aku yang ngrasain semuanya. 
Cukup ngertiin perasaanku aja plis. 

Tapi entahlah. 
Mungkin aku percuma nulis ini buat kamu. 
Yang nggak pernah kamu baca. 
Yang nggak pernah punya rasa peka.
Sekian, aku tetep nunggu kamu. 

Tuesday, April 16, 2013

Dia

"Sebuah karya sahabat terbaikku, yang aku kutip dan aku posting di blog karena setiap larik katanya begitu menginspirasi."- Thata Utami

Tuhan,
Dia adalah alasanku bahagia setiap harinya
Alasanku tegar menjalani hidupku yang tidak sempurna
Alasanku kuat melawan hariku yang berat
Aku mencintainya karena dia tidak sempurna
Ya, dia tidak tampan
Dia tidak memiliki banyak uang
Tak mampu mengajakku makan malam di restoran yang mahal
Namun siapapun dan bagaimanapun dia, aku tetap mencintainya
Aku suka melihatnya cemberut
Aku suka melihatnya menolak tawaran temannya untuk merokok
Aku suka melihat caranya tertawa
Melihat caranya tersenyum
Melihat caranya melakukan sesuatu
Aku suka mendengarnya berceloteh panjang lebar
Aku suka mendengar setiap kata yang mengalun dari bibirnya
Tuhan, 

Terima kasih telah mengirimku seseorang seperti dia
Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk mencintainya
Melalui dia
Aku tahu apa itu cinta
Karya: Serabella Annora; write-bells.blogspot.com

Monday, April 15, 2013

Aku Yang Sebatas Temanmu

"30 April 2011, dimana semua layaknya abnormal."- Thata Utami


Kutulis kutipan ini, tanggal 30 April 2011. Tepat 3 tahun hubungan cintamu berjalan. Begitu menyenangkannya kisah itu, hingga akupun yang bukan siapa-siapa bagimu bisa ikut merasakan betapa bangga dan bahagianya kamu, juga kekasihmu, berhasil mempertahankan ikatan cinta selama 3 tahun yang tidak semua orang bisa melakukannya. Pasti banyak ya hambatan dan cobaan yang kamu alami selama 3 tahun bersama kekasihmu itu. Kalian pasangan yang hebat, teman. Dalam suasana apapun kalian tetap berusaha untuk selalu bersama, mungkin. Sebagian besar orang memandang iya. Kamu dan kekasihmu adalah pasangan yang serasi. Siapa yang tidak tau tentang hubunganmu? Di kampus pun kisah cinta kalian banyak di perbincangkan karena kesetiaan juga tanggung jawabmu sebagai kekasih yang baik baginya. Siapa cewek yang nggak mau punya pacar kayak kamu. Jujur, pinter, baik hati, ramah, tanggung jawab, supel, atletis, keren, manis. Bisa mendapatkan cewek sehebat dia, yang cantik, pinter, baik hati meskipun nggak ramah kalo sama aku, jago olahraga kayak kamu. Kamu pasti bangga ya punya pacar kayak dia? Dia pasti juga sangat sangat bangga punya pacar kayak kamu. Aku juga ingin seperti itu.

Kita kenal sejak semester 1, yang selalu satu kelas dan satu jurusan denganku. Aku sudah benar-benar hafal gerak-gerikmu yang aku amati sejak awal semester. Kamu teman yang baik, pacar yang setia dan tanggung jawab, kamu punya segalanya. Tapi maaf, aku bisa saja membuatmu tak setia. Maaf, maaf dan maaf. Semua terjadi begitu saja. Cinta memang tak bisa ditebak. Kapan akan datang dan kepada siapa cinta berpihak. Itu terjadi pada kita. Aku dan kamu. Aku muncul di tengah-tengah hubunganmu dengan dia. Kejamnya aku. Jahatnya aku. Salahkah aku?

Kamu selalu memberikan perhatian yang aku anggap lebih, kamu yang selalu menemaniku saat aku kesepian, kamu yang selalu memotivasiku saat menjelang Ujian Tengah Semester, kamu yang selalu menyempatkan diri untuk mengirim beberapa pesan singkatmu atau meninggalkan beberapa missed call, kamu yang selalu marah saat aku tidak menuruti perintahmu untuk makan siang, kamu yang selalu menemaniku begadang hingga lewat tengah malam melalui perbincangan kita di sms, kamu yang betah browsing youtube berjam-jam dirumahku dan aku masih setia saja menemanimu selama berjam-jam membosankan itu, kamu yang selalu mengingatkan aku untuk menghapus semua history percakapan kita agar tak diketahui orang lain, kamu yang menjadi kebanggaanku juga kebanggaan mamaku, kamu yang super sempurna untukku! Tak sadarkah kau betapa berharganya di mataku? Tapi kamu hanya menganggapku sebagai seorang teman! Teman! Apa kau tak pernah sedikitpun mengerti maksud dari sikap-sikapku padamu? Apa kau tak pernah mengerti betapa besar harapanku untuk bisa bersamamu dan mendapatkan cintamu?! Kapan kamu akan sadar, teman? Kapan? Begitu tersiksanya aku memendam ribuan harapan yang setiap saat ingin kuungkapkan. Menahan egoku yang terlalu besar untuk bisa memilikimu seutuhnya. Merahasiakan tentang hubungan kita yang tak pernah diketahui oleh orang lain. Namun menjadi lebih dekat denganmu, cukup membuatku merasakan secuil kebahagiaan.

Dan hari ini, teman. 3 tahun sudah hubunganmu berjalan. Kau mempersiapkan semuanya dengan baik. Menyiapkan kejutan kecil untuk kekasih tercintamu. Saat itu, 12 April 2011, kita sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Kau meminta saran padaku saat ingin membelikan kekasihmu kue tart sebagai kejutan kecil untuknya. Aku bisa melihat begitu bahagianya kamu. Dari pandangan dan sinar matamu yang berbinar-binar, menunjukkan kebahagiaan luar biasa menyambut 3 tahun spesialmu. Aku ingin seperti itu. Aku ingin bisa jadi kekasihmu. Aku ingin bisa membelikanmu kue tart bertuliskan ‘Happy Anniversary’ dan memelukmu dengan luapan kasih sayang. Aku ingin seperti itu dan hanya denganmu. Aku tidak ingin dengan yang lain. Aku hanya ingin denganmu, teman.

Semalam, kita sempat begadang hingga tengah malam. Waktu menunjukkan pukul 23.35 dan kita belum juga beranjak tidur. Kau bercerita padaku bahwa ingin memberi ucapan pada kekasihmu yang hanya bisa kutanggapi, “Oalah ultah?”. Katamu bukan, tapi anniversarymu. Cemburu? Aku tidak pantas cemburu padamu, teman. Dan semalam percakapan kita benar-benar membosankan. Aku yang sudah mulai badmood karena meradang tak karuan hanya bisa menanggapi pesanmu dengan singkat. Akhirnya tepat pukul 00.00 pesanku tak kau balas. Mungkin sudah sibuk mengucapkan selamat dan berbasa-basi sayang-sayang dengan kekasihmu. Karena jengkelku, akhirnya kuputuskan untuk tidak membalas pesanmu malam itu dan menangis di kamar.

Ini bukan lebay. Ini bukan alay seperti yang orang katakan. Menangis adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaan yang mengganjal, daripada galau kan lebih baik menangis sepuasnya di kamar. Dan hanya dengan kutipanku ini kucurahkan segala isi hatiku. Segala unek-unekku hanya bisa kutumpahkan di potongan kata-kata yang kuuntai menjadi rangkaian kalimat.
Happy anniversary, teman. Semoga di tahun ketiga ini menjadi berkah yang tak terhingga untuk kalian. Longlast, makin langgeng sampe kakek nenek nanti, makin mesra, makin kuat jalinan cintanya, all best wishes for you.

Semoga bahagia dengan kekasihmu ya, teman terbaikku. Maaf jika aku menjadi orang ketiga di antara hubungan kalian. Dan aku cukup bahagia meski tak bisa memilikimu seutuhnya, namun terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang selalu kau curahkan untukku. Terima kasih juga untuk kamu, kekasih temanku. Memberiku kesempatan untuk bisa dekat dengan kekasihmu meskipun kau tak pernah tau. Bisa memiliki kekasihmu walau tak sepenuhnya layaknya kamu yang bisa memilikinya. Namun, bolehkah aku dan kekasihmu lebih dari sekedar teman?

Di Lipatan Waktu, Aku Menunggumu Lagi

"Kutipan ini saya buat ketika pertama kali menemukan inspirasi untuk menulis. Berkat novel karya Moammar Emka, aku mendapatkan kata-kata yang 'amazing' dan membuatku semakin tertarik di dunia sastra"- Thata Utami

Karena hanya di hatimu aku ingin berhenti mencintai. Pada segalamu, cinta tak kutakar lagi. Telah kubaca tanda dari segala gerak hatimu. Kuberkaca tak jera; agar menjadi kita, suatu ketika. Aku mencintaimu di luar pemahaman, selesai! Dan aku cukup bahagia!

Aku mencintaimu bukan dalam terang siang. Aku mencintaimu dalam kegelapan, dengan hati sebagai mataku. Setidaknya kita bisa bersama dalam cinta meskipun kepastian masih belum teraba. Entah sebagai awal atau akhir, aku tetap menginginkanmu sebagai tokoh utama dari setiap inci cerita bahagia dan sedihku.

Ini yang tertulis di hatiku. Aku mencintaimu. Titik. Tanpa koma.

Pilihan tetaplah pilihan. Jalani dengan semestinya, tanpa rekayasa. Demimu aku mampu, menjadikanmu yang terindah meski penyatuan belum terjamah.

Di rumah kecilku ini, tak ada rahasia yang kita simpan layaknya di luar sana. Mendakwa ingatanku selalu terngiang, setiap kali kulihat jejakmu yang tertinggal di ruang tamu. Bukan soal kata ganti orang pertama atau kedua, yang kucari adalah subyek dengan abjad cinta yang berfungsi sebagai kata kerja. Semoga aku bukan termasuk orang yang serakah jika selalu berharap kau di dekat hatiku, kapanpun itu, yang seharusnya bukan milikku.

Ada dan tiada bagimu, kamu tetap ada bagiku. Maka untuk apa ingkar jika penantianku masih bertekuk pada lipatan sunyi yang mencatut namamu satu-satunya?

Bersamamu, kupuji hari karena setiap cerita begitu berarti. Tak peduli apakah ini cinta atau bukan. Aku hanya ingin menikmati luka bahagia ini, merangkumnya dalam keindahan inci demi inci. Berulang kali kubunuh rasa ini, aku tak bisa kemana-mana ternyata! Maka percayakan saja pada sang waktu. Kita tetaplah satu, karena cinta selalu ada.

Menjemput impian. Keniscayaan untuk bersamamu adalah harapan dan pencapaian terbesar. Aku percaya, mencintaimu adalah pilihan dari setiap hidup yang kuyakini. Meski barisan waktu menjepitku dalam penantian tak bertepi. Bersamamu yang kumau. Mengisap senyum juga rasamu. Bersatu kita, tanpa wagu, semoga saja.

Aku memang picisan. Tapi peduli apa karena kamulah satu-satunya alasan yang butuh kukatakan. Untuk apa jauh-jauh lagi mencari, sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup; bahagia bersamamu. Kita bertemu tanpa rekayasa, lalu berdiri di garis yang sama dengan bekal rindu dan cinta. Semoga, demikian…

Semata damba, sejuta do’a. Kepadamu kuiba dalam kepasrahan satu.

Di ruang tanpa kata, kesetiaan itu tetap terjaga. Menunggu datangnya masa saat perjamuan mencetak nyata. Sebaris sapamu, kupercaya bisa cairkan senyumku. DELAYED! Di lipatan waktu, aku menunggumu lagi.

Hanya untuk sang Angin, senantiasa berhembus untuk cinta. Yang entah akan nyata ataupun tiada.