Thursday, May 2, 2013

Merindumu di Puncak Bukit Khayangan


Hai, kamu manusia aneh. Dan bayanganmu berdomisili di puncak bukit ini. Tempat yang selalu ingin kukunjungi setiap minggu. Banyak kenangan indah yang terlukis disini, dimana aku bisa merasakan secercah keceriaan saat bersamamu. Bagas, banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu. Kapan waktu akan mempertemukan kita kembali layaknya dulu?

Namamu yang tak sengaja kubaca saat aku membaca absen di ruang kelas baruku. Dengan wajah yang terkesan cuek dan tak peduli kau mengulurkan tanganmu sembari memberikan absen yang baru saja kau tanda tangani. Pertemuan itu tak berpengaruh apa-apa, hingga dihari-hari berikutnya kita tetap hening belum mengenal satu sama lain. Memasuki waktu 2 minggu di kelas baruku, akhirnya aku mulai mengenalmu. Tak banyak yang aku tau tentangmu saat itu. Hanyalah seorang Bagas anak kost yang supel dan sederhana, sering mengendarai motor vespa kesayanganmu, beralis tebal dan berjanggut nyathis kata orang jawa bilang. Cuek dan sedikit pemalu. Lebih banyak diam di kelas dan bermain game di gadget kesayangannya. Itu awal perkenalan kita.

Hingga akhirnya aku kenal denganmu, kau juga kenal denganku. Kau sering mengajakku belajar bersama dirumah, kau sering mengajakku bermain PS di tempat kostmu, kau sering mengajakku nongkrong di kedai burjo saat pulang ekstra, banyak hal yang bisa kulakukan denganmu. Aku ingat, saat itu mendung benar-benar menyelimuti kota Surakarta. Di suasana yang dingin dan berawan itu, kau mengajakku ke puncak bukit yang aku tidak tau apa namanya. Benar-benar dingin, hingga jaket tebal yang kugunakan tidak mampu memberiku kehangatan. Disana kita bisa lihat rimbunan hutan yg hijau diselimuti kabut, dan jalanan kota yang terlihat kecil dari puncak bukit. Disana kau ceritakan semua tentangmu. Hingga akupun tau. Kau yang mengidolakan Synyster Gates, gitaris dari salah satu band heavy metal favoritmu itu, kau salah satu pendukung klub Real Madrid, menyukai semua lagu-lagu Linkin Park dan bercita-cita menjadi seorang dokter. Tak salah kita sama-sama masuk di jurusan IPA di awal tahun kemarin. Tak sadar aku mulai mengagumimu, Bagas. Yang kukira cuek dan tak pernah peduli, ternyata sangat periang dan nyaman diajak bicara. Seiring dengan kedekatan kita, seiring itu pula cinta itu ada. Di bukit itu, kau nyatakan cinta padaku tanpa kuduga. Kuterima cintamu saat itu juga dan tepat tanggal 22 November 2012 kita resmi berpacaran.
Rasa senang dalam hati mencuat tak karuan. Kegembiraanku bisa memilikimu benar-benar tak bisa dipendam. Sejak saat itu, di bukit itulah kita ukir kenangan-kenangan tak terlupakan bersama. Kuanggap bukit itu sebagai bukit khayangan karena dari situ kita bisa melihat indahnya kota Surakarta dari ketinggian. Dari situ kita bisa merasakan dinginnya angin yang berhembus. Dari situ kisah kita melangkah. Setiap ada waktu luang, kita selalu menyempatkan diri untuk pergi kesana. Menghilangkan sedikit rasa jenuh dan penat seharian berkutat dengan rumus-rumus fisika dan hafalan anatomi biologi. Saat itulah satu-satunya quality time-ku bersamamu, Bagas.

Masih ingatkah kau tahun baru 2013 yang lalu?

Menembus gelapnya malam kita pergi bersama ke bukit khayangan. Berdua kita rayakan pergantian tahun bersama. Kita bisa melihat keramaian kota dari sini. Melihat letupan kembang api yang melambung di langit-langit malam Surakarta. Ingin ku ulangi kejadian saat itu bersamamu. Namun..entah kapan bisa ku ulangi saat-saat menyenangkan itu.

Entah takdir apa yang telah Tuhan gariskan. Akhir Januari 2013 mungkin kita tak akan bertemu lagi. Kau dan keluargamu akan pindah ke Forks, Amerika dikarenakan ayahmu yang mendapat proyek kerja disana. Itu jarak yang sangat jauh, Bagas. Tak bisa dijangkau dengan mudah. Indonesia-Amerika bukan jarak yang dekat. Perbedaan waktu yang terlampau jauh juga menghambat komunikasi kita. Ya Tuhan, begitu cepatnya kau meninggalkanku Bagas...

Rasanya belum lama kukenal kau di awal semester Juli 2012 lalu. Rasanya belum lama kau sering mengajakku belajar dirumah dan bermain PS di kostmu. Rasanya belum lama kita mengalami kejadian ditertawakan banyak orang saat motormu mogok di tengah-tengah traffic light. Rasanya belum lama kita mengukir waktu bersama di bukit khayangan, tempat favorit kita. Mengapa begitu cepat? Kenapa harus kau ikuti ayahmu yang pindah di negeri nun jauh jaraknya? Aku merindukanmu, Bagas. Sangat merindukanmu.

Hanya disini, di bukit ini kenangan itu kembali ku kenang. 4 bulan sudah sejak kepergianmu. Sejak saat itu juga kucoba memperbaiki hidupku yang berantakan karena kepergianmu. Ingin rasanya aku menetap di bukit itu dan merasakan hadirmu. Yang hanya bisa kurasakan disana. Cepatlah kembali, Bagas jagoanku.

Aku menunggumu disini, di bukit khayangan. Dari ketinggian kota Surakarta. 

No comments:

Post a Comment