Hai, kamu manusia aneh. Dan bayanganmu berdomisili di puncak bukit ini. Tempat yang selalu ingin kukunjungi setiap minggu. Banyak kenangan
indah yang terlukis disini, dimana aku bisa merasakan secercah keceriaan saat
bersamamu. Bagas, banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu. Kapan waktu akan
mempertemukan kita kembali layaknya dulu?
Namamu yang tak sengaja kubaca saat aku membaca absen di
ruang kelas baruku. Dengan wajah yang terkesan cuek dan tak peduli kau
mengulurkan tanganmu sembari memberikan absen yang baru saja kau tanda tangani.
Pertemuan itu tak berpengaruh apa-apa, hingga dihari-hari berikutnya kita tetap
hening belum mengenal satu sama lain. Memasuki waktu 2 minggu di kelas baruku,
akhirnya aku mulai mengenalmu. Tak banyak yang aku tau tentangmu saat itu. Hanyalah
seorang Bagas anak kost yang supel dan sederhana, sering mengendarai motor vespa kesayanganmu, beralis tebal dan berjanggut nyathis kata orang jawa bilang. Cuek
dan sedikit pemalu. Lebih banyak diam di kelas dan bermain game di gadget
kesayangannya. Itu awal perkenalan kita.
Hingga akhirnya aku kenal denganmu, kau juga kenal denganku.
Kau sering mengajakku belajar bersama dirumah, kau sering mengajakku bermain PS
di tempat kostmu, kau sering mengajakku nongkrong di kedai burjo saat pulang
ekstra, banyak hal yang bisa kulakukan denganmu. Aku ingat, saat itu mendung
benar-benar menyelimuti kota Surakarta. Di suasana yang dingin dan berawan itu,
kau mengajakku ke puncak bukit yang aku tidak tau apa namanya. Benar-benar
dingin, hingga jaket tebal yang kugunakan tidak mampu memberiku kehangatan. Disana
kita bisa lihat rimbunan hutan yg hijau diselimuti kabut, dan jalanan kota yang
terlihat kecil dari puncak bukit. Disana kau ceritakan semua tentangmu. Hingga
akupun tau. Kau yang mengidolakan Synyster Gates, gitaris dari salah satu band
heavy metal favoritmu itu, kau salah satu pendukung klub Real Madrid, menyukai
semua lagu-lagu Linkin Park dan bercita-cita menjadi seorang dokter. Tak salah kita
sama-sama masuk di jurusan IPA di awal tahun kemarin. Tak sadar aku mulai
mengagumimu, Bagas. Yang kukira cuek dan tak pernah peduli, ternyata sangat
periang dan nyaman diajak bicara. Seiring dengan kedekatan kita, seiring itu
pula cinta itu ada. Di bukit itu, kau nyatakan cinta padaku tanpa kuduga.
Kuterima cintamu saat itu juga dan tepat tanggal 22 November 2012 kita resmi
berpacaran.
Rasa senang dalam hati mencuat tak karuan. Kegembiraanku
bisa memilikimu benar-benar tak bisa dipendam. Sejak saat itu, di bukit itulah
kita ukir kenangan-kenangan tak terlupakan bersama. Kuanggap bukit itu sebagai
bukit khayangan karena dari situ kita bisa melihat indahnya kota Surakarta dari
ketinggian. Dari situ kita bisa merasakan dinginnya angin yang berhembus. Dari
situ kisah kita melangkah. Setiap ada waktu luang, kita selalu menyempatkan
diri untuk pergi kesana. Menghilangkan sedikit rasa jenuh dan penat seharian
berkutat dengan rumus-rumus fisika dan hafalan anatomi biologi. Saat itulah
satu-satunya quality time-ku bersamamu, Bagas.
Masih ingatkah kau tahun baru 2013 yang lalu?
Menembus gelapnya malam kita pergi bersama ke bukit
khayangan. Berdua kita rayakan pergantian tahun bersama. Kita bisa melihat
keramaian kota dari sini. Melihat letupan kembang api yang melambung di
langit-langit malam Surakarta. Ingin ku ulangi kejadian saat itu bersamamu.
Namun..entah kapan bisa ku ulangi saat-saat menyenangkan itu.
Entah takdir apa yang telah Tuhan gariskan. Akhir Januari
2013 mungkin kita tak akan bertemu lagi. Kau dan keluargamu akan pindah ke
Forks, Amerika dikarenakan ayahmu yang mendapat proyek kerja disana. Itu jarak
yang sangat jauh, Bagas. Tak bisa dijangkau dengan mudah. Indonesia-Amerika
bukan jarak yang dekat. Perbedaan waktu yang terlampau jauh juga menghambat
komunikasi kita. Ya Tuhan, begitu cepatnya kau meninggalkanku Bagas...
Rasanya belum lama kukenal kau di awal semester Juli 2012
lalu. Rasanya belum lama kau sering mengajakku belajar dirumah dan bermain PS
di kostmu. Rasanya belum lama kita mengalami kejadian ditertawakan banyak orang saat motormu mogok
di tengah-tengah traffic light. Rasanya belum lama kita mengukir waktu bersama
di bukit khayangan, tempat favorit kita. Mengapa begitu cepat? Kenapa harus kau
ikuti ayahmu yang pindah di negeri nun jauh jaraknya? Aku merindukanmu, Bagas.
Sangat merindukanmu.
Hanya disini, di bukit ini kenangan itu kembali ku kenang. 4
bulan sudah sejak kepergianmu. Sejak saat itu juga kucoba memperbaiki hidupku
yang berantakan karena kepergianmu. Ingin rasanya aku menetap di bukit itu dan
merasakan hadirmu. Yang hanya bisa kurasakan disana. Cepatlah kembali, Bagas
jagoanku.
No comments:
Post a Comment