Unbelievable. Semalem aku masih bercanda sayang-sayang,
semalem aku masih nanyain kabar ayahnya, semalem aku masih bikin rencana buat
ketemu hari ini, tapi?
Setelah aku terbang cukup tinggi dan cukup bahagia, sekarang
sengaja kau jatuhkan lagi? Sengaja atau memang sudah rencana? Ya Tuhan…
Masih tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Beberapa
jam yang lalu kita masih membicarakan tentang rencana pertemuan kita hari ini. Beberapa
jam yang lalu kau masih meledekku yang berniat mau diet. Beberapa jam yang lalu
kita masih saling tanya tentang menu sarapan tadi pagi. Ya Tuhan…
Mendadak kau bilang ada acara keluarga dan batal untuk
datang kerumah padahal rencana itu sudah dirancang jauh hari sebelumnya. Jum’at
lalu rencana pertemuan kita gagal, sekarang gagal lagi? Oke, masih bisa
kutolerir. Kukira ini biasa dan masih bisa kumaklumi.
Beberapa jam yang lalu kau sempat marah karena aku sekenanya
berkicau di jejaring sosial. Dan membenci semua retweetanku yang kukutip dari
beberapa blogger. Lewat sedikit adu pesan di sms, akhirnya aku mengalah dan
menghapus semua kicauan tak bergunaku di jejaring sosial. Itu masih terjadi
beberapa jam yang lalu, tapi?
Berniat ingin curhat dan menyalurkan isi hati yang sempat
terpendam sejak beberapa hari belakangan, tapi malah berakhir…tak mengenakkan,
nggak bisa disangka dan siapa juga yang bakal mau kayak gini?!
Bukannya malah berusaha membela atau mencari solusi terbaik
malah menyuruhku untuk tidak meneruskan hubungan ini yang kuhitung sejak
Januari lalu. Begitu cepatnya? Dan segitu gampangnya?
Kita memang tak terikat dalam suatu hubungan khusus, karena
aku tau dan aku sangat tau kalau kau sudah terikat dengan hubungan lain yang
entah dengan siapa itu. Meski aku tau orangnya tapi tak ingin kukenal. Tapi meskipun
begitu, kedekatan kita tak layak dikatakan sebagai teman dekat, atau sahabat,
atau sejenisnya. Bahkan hubungan ini tak berstatus. Kau anggap biasa saja namun
ku anggap ini semua lebih dari segalanya. Sangat kontras terlihat, layaknya aku
jamur yang muncul tiba-tiba di musim kemarau. Aku muncul di tengah-tengah kisah
membingungkanmu bersama entah itu siapa nggak penting. Tapi bisakah kau
mengerti sedikit saja?
Tak ingatkah saat itu, dari jarak yang terlampau jauh,
menembus panasnya jalanan kota dan bayang-bayang fatamorgana yang terlihat di
sepanjang jalan lintas selatan demi bertemu dan menghabiskan waktu denganku. Tak
cukup satu dua kali. Entah sudah berapa kali ruang tamu dan perabotannya
menjadi saksi bisu tiap kedatanganmu kemari. Bagiku itu pengorbanan yang luar
biasa di sela-sela kesibukanmu berkutat dengan jutaan lembar tugas dan jadwal
bimbingan yang lumayan padat. Bagimu itu biasa dan belum seberapa ya mungkin? Tapi
bagiku itu luar biasa.
Aku selalu ingat, kamu selalu duduk di sini. Di sebelah
kananku, atau kadang saat laptopmu butuh charger kamu duduk di sebelah kiriku. Dan
posisinya selalu disini, tidak pernah berpindah. Masih di sebelah utara meja
ukiran kayu. Aku juga ingat, kau parkir motormu di sebelah selatan kolam depan
rumah. Yang bisa aku intip lewat jendela kamarku, sehingga aku selalu tau saat
kau datang. Aku ingat, Nescafe French vanilla itu minuman kopi favoritmu. Aku ingat,
parfummu itu merek Gatsby urban colour infinity warna biru yang bertutup miring
dan beraroma segar. Aku ingat, kamu suka bubur kacang ijo langgananmu. Aku juga
masih ingat bagaimana caramu menggulung kabel charger laptop dan mengatai
caraku terlalu ribet. Akhirnya sampe sekarang pun kuterapkan caramu itu. Begitu
banyaknya hal sepele yang masih aku ingat darimu...
Setelah percakapan sore itu, curahan hati yang belum sempat
tersampaikan sepenuhnya terpaksa kau akhiri dengan kata “Yaudah nggak bisa
diterusin.” Seketika nyesek, panas dingin, gugup, bingung, nggak tau mau bilang
apa, nggak tau mau nyikapinnya gimana. Cuma bisa diem, nangis, terus dengan
singkat kujawab “Gitu doang? Nggak gimana-gimana gitu? Yaudah makasih.”
Tangisku pecah saat itu juga. Langsung terbayang gimana awal
dulu, gimana pas deket dulu, apalagi beberapa jam yang lalu masih sempet
bercanda bahkan adu pesan gara-gara kicauan jejaring sosial. Dengan berbekal
kata maaf dan makasih, kamu pergi gitu aja. Udah cukup puas selama ini? Cukup puas
mendengar celotehan kata sayang dariku yang nggak pernah mampir di hatimu? Cukup
puas tau aku nangis pas udah galau gara-gara pesanku nggak kamu bales? Cukup puas
tau aku yang mendem semua ini sendirian dan cuma bisa nangis pas udah nggak tau
mau gimana? Bener-bener tega ya…
Jangan harap setelah ini aku bisa kembali maafin semua
kesalahanmu yang nggak terhitung seberapa banyak. Jangan harap setelah ini aku
masih bisa senyum pas ketemu atau ngebolehin kamu main kerumah lagi, nggak
akan! Udah cukup dan makasih banyak atas semuuuua harapan yang masih kamu
anggap “kita kan plen”. Cerita tanpa kejelasan kita selesai dan penantianku
sejak Januari lalu juga selesai. Just let me fall kali ini aja. Dan kamu
alasannya.
And sadly here after....
Anjlookk
ReplyDeletehaha oke bisa-bisa :D
ReplyDelete